BEIJING, KOMPAS.com - Media China melayangkan sindiran kepada pemerintah AS, setelah demonstrasi merespons kematian George Floyd berakhir ricuh.
Beijing membandingkan aksi unjuk rasa yang berlangsung di puluhan kota seantero AS itu dengan pergerakan pro-demokrasi di Hong Kong.
Negeri "Panda" begitu gusar dengan kritik yang dilayangkan Barat, terutama AS, terkait cara mereka menangani unjuk rasa di Hong Kong tahun lalu.
Baca juga: Demo Kematian George Floyd Rusuh, 26 Kota di AS Terapkan Jam Malam
Namun pada pekan ini, aksi unjuk rasa pecah setelah George Floyd, seorang pria kulit hitam tak bersenjata, tewas ketika ditangkap polisi.
Dalam video yang kemudian viral di media sosial, leher Floyd diinjak menggunakan lutut oleh polisi bernama Derek Chauvin meski sudah berteriak tak bisa bernapas.
Insiden yang ditambah dengan laporan kebrutalan penegak hukum, dan isu rasial dijadikan bahan oleh media China untuk menyindir AS.
Salah satunya adalah Hu Xijin, pemimpin redaksi tabloid resmi pemerintah Negeri "Panda", Global Times, dalam opininya Sabtu (30/5/2020).
"Ketua DPR AS Nancy Pelosi pernah berkata protes kasar di Hong Kong 'pemandangan indah untuk dilihat'. Kini, mereka bisa mengalaminya sendiri," sindir Hu.
Dilansir AFP Minggu (31/5/2020), Hu menulis bagaimana "perusuh radikal" di Hong Kong menyusup ke AS dan membuat kekacauan seperti yang mereka lakukan tahun lalu.
Baca juga: Demo Rusuh atas Kematian George Floyd Terus Meluas, Kondisi WNI di AS Aman
Beijing selalu bersikukuh bahwa "kekuatan asing" adalah pihak yang bertanggung jawab atas kerusuhan yang terjadi di salah satu pusat finansial itu.
Adapun demonstrasi, diselingi bentrokan antara pendemo dengan polisi, terjadi setelah oposisi menentang adanya usul UU Esktradisi.
Pada awal Mei, Beijing memantik kecaman dunia setelah berniat memberlakukan undang-undang keamanan untuk "menangkal terorisme".
Namun bagi kalangan oposisi dan negara Barat, adanya UU tersebut dianggap merupakan upaya China untuk mereduksi kebebasan unik Hong Kong.
Menyusul pengumuman Presiden Donald Trump bahwa dia berencana mencabut hak istimewa kota itu, China Daily langsung berkomentar.
Baca juga: Demonstrasi Tewasnya George Floyd, Massa Terbagi ke Dua Kubu di Minneapolis
Corong dari Partai Komunis itu menyebut para politisi AS bermimpi untuk "menyudutkan" mereka. "Sebaiknya berhenti bermimpi dan kembali ke realitas," sindir harian itu.