Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Reaksi Berlebihan Vietnam Terhadap Virus Corona yang Membuahkan Hasil

Kompas.com - 15/05/2020, 22:39 WIB
Miranti Kencana Wirawan

Penulis

Sumber BBC

HANOI, KOMPAS.com - Vietnam berbatasan dengan China dan memiliki 97 juta orang penduduk, namun negara itu hanya mencatat lebih dari 300 kasus Covid-19 dengan tidak ada satu pun kematian yang disebabkan oleh virus tersebut.

Hampir sebulan telah berlalu semenjak transisi komunitas yang terakhir dan dewasa ini negara Vietnam sudah mulai membukanya.

Pendapat ahli mengatakan bahwa Vietnam memiliki kemungkinan kecil untuk kasus Covid-19 yang membesar karena telah bertindak sejak dini dan memanfaatkannya dengan baik.

Vietnam juga dinilai oleh ahli tidak seperti negara lain yang memiliki jumlah infeksi dan kematian yang sangat besar, berkat usaha yang dinilai sebagai 'reaksi berlebihan'.

Meski menghemat biaya, dan memiliki pendekatan yang intensif, reaksi Vietnam ini dinilai mungkin sudah terlambat bagi sebagian besar negara lain untuk belajar dari keberhasilannya.

Baca juga: Nol Korban Meninggal, Bagaimana Vietnam Berhasil Menangani Pandemi Corona?

Tindakan 'ekstrem tapi masuk akal'

"Ketika Anda berurusan dengan virus baru semacam ini yang berpotensi menimbulkan patogen berbahaya, lebih baik bereaksi berlebihan," kata Dr Todd Pollack dari Harvard's Partnership for Health Advancement di Vietnam, Hanoi.

Menyadari bahwa sistem medis di negaranya akan segera kewalahan oleh penyebaran virus Covid-19 saat masa ringan ini, Vietnam malah memilih pencegahan dini, dan dalam skala besar.

Pada awal Januari, sebelum ada kasus yang dikonfirmasi, pemerintah Vietnam telah memulai "tindakan drastis" untuk mempersiapkan penanganan terhadap pneumonia baru yang misterius ini yang pada saat itu telah membunuh dua orang di Wuhan.

Tepat ketika kasus virus pertama dikonfirmasi pada 23 Januari di China - seorang pria yang telah melakukan perjalanan dari Wuhan untuk mengunjungi putranya di Kota Ho Chi Minh - rencana darurat Vietnam pun beraksi.

"Itu sangat, sangat cepat bertindak dengan cara yang tampaknya cukup ekstrem pada saat itu tetapi kemudian terbukti agak masuk akal," kata Prof Guy Thwaites, direktur Unit Penelitian Klinis Universitas Oxford (OUCRU) di Kota Ho Chi Minh, yang bekerja dengan pemerintah dalam program penyakit menularnya.

Vietnam memberlakukan langkah-langkah yang negara-negara lain akan membutuhkan waktu berbulan-bulan untuk melanjutkan langkah ini seperti pembatasan perjalanan, memantau dengan cermat dan akhirnya menutup perbatasan dengan China.

Langkah lainnya dengan meningkatkan pemeriksaan kesehatan di perbatasan dan tempat-tempat rentan penularan lainnya.

Sekolah ditutup untuk liburan Tahun Baru Imlek pada akhir Januari dan tetap ditutup hingga pertengahan Mei.

Operasi pelacakan kontak yang luas yang membutuhkan tenaga kerja dalam skala besar sedang berlangsung kala itu.

Baca juga: Cara Vietnam Atasi Covid-19, Bisakah Ditiru Indonesia?

"Ini (Vietnam) adalah negara yang pernah menangani banyak wabah di masa lalu," kata Prof Thwaites, dari Sars pada 2003 hingga flu burung pada 2010 dan wabah besar campak serta demam berdarah.

"Pemerintah dan masyarakat sangat, sangat terbiasa menangani penyakit menular dan memperhatikan mereka, mungkin jauh lebih dari negara-negara kaya. Mereka tahu bagaimana menanggapi hal-hal ini."

Pada pertengahan Maret, Vietnam mengirim semua orang yang memasuki negara itu - dan siapa pun di dalam negara yang telah melakukan kontak dengan kasus yang dikonfirmasi - ke pusat karantina selama 14 hari.

Sebagian besar biaya ditanggung oleh pemerintah, meski pun akomodasi tidak selalu mewah, namun hal tersebut dilakukan guna mencegah penyebaran yang lebih masif.

Seorang wanita yang terbang pulang dari Australia - menganggap Vietnam sebagai tempat yang lebih aman - mengatakan kepada BBC News Vietnam bahwa pada malam pertama mereka hanya memiliki "satu tikar, tanpa bantal, tanpa selimut" dan satu kipas untuk ruang yang panas.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com