Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Tragis, Ibu Hamil 7 Bulan Terus Diperkosa, Kabur ke Luar Negeri dan Jadi Tunawisma

Sarah (nama samaran) menghadapi pilihan sulit. Tetap tinggal di negara asalnya, Namibia, dan terus diperkosa dan disiksa, atau lari dan meninggalkan putrinya yang berusia 10 tahun.

Perempuan berusia 29 tahun itu akhirnya memutuskan untuk melarikan diri. Begitu dia aman, dia akan membawa putrinya.

Sarah, yang sedang hamil 7 bulan tiba di Bandara Heathrow dengan pasangannya pagi hari pada 12 Desember 2018.

Tetapi upaya mendapat suaka tidak berjalan mulus dan malah berakhir dengan kesalahpahaman, yang membuat pasangan tersebut kehilangan tempat tinggal.

Sarah dengan kata-katanya sendiri menceritakan pengalamannya, yang dikutip dari BBC Indonesia.

Kami difasilitasi di sebuah hotel di Croydon tempat kami menetap dengan baik. Rasanya sangat aman dan segala sesuatu mulai dari makanan hingga perlengkapan mandi disediakan untuk kami.

Tetapi suatu hari, setelah sekitar dua minggu kemudian, manajer hotel datang ke kamar kami dan mengatakan ia telah menerima surat dari Departemen Dalam Negeri yang menyatakan bahwa kami memiliki "lebih dari cukup" uang untuk membayar biaya menginap kami, dan karenanya harus pergi.

Saya tidak tahu bagaimana itu bisa terjadi. Kami memiliki 600 poundsterling (Rp 10.4 juta) ketika kami tiba, tetapi pada saat itu telah menghabiskan sebagian besar uang kami untuk makanan, pakaian - karena saat itu sangat dingin - dan ponsel baru.

Kami mencoba menjelaskan itu kepadanya, tetapi tidak berhasil. Permohonan suaka kami ditolak.

Saat itu hampir Natal, jadi dia tidak yakin apakah ada orang yang bisa membantu kami, tetapi dia hanya bisa mengantar kami ke sana.

Seluruh dunia saya hancur. Kami tidak punya tempat untuk dituju.

Saya menutup diri saya dengan kain penutup, tetapi tetap merasa kedinginan. Saya khawatir saya akan kehilangan bayi saya.

Beberapa jam kemudian, seorang pejalan kaki memberi tahu kami ada jembatan di dekatnya. Jaraknya hampir lima kilometer dengan jalan kaki.

Beberapa malam berikutnya, kami menghabiskan uang terakhir kami untuk membeli makanan dan minuman, tidur di bawah jembatan dan di stasiun.

Saya tidak pernah membayangkan akan menjadi tunawisma atau tidur di jalanan Inggris. Saya tidak tahu hal-hal seperti itu bisa terjadi.

Saya telah melarikan diri dari Namibia karena saya takut akan keselamatan nyawaku. Saya melarikan diri dari perkosaan dan penyiksaan yang saya alami sejak usia sembilan tahun.

Dan sekarang saya khawatir akan mati kedinginan, khawatir akan kehilangan bayi saya dan semuanya akan sia-sia.

"Saya dilarikan ke rumah sakit '

Setelah lima malam tidur di jalan, bidan - yang telah disediakan untuk saya dalam dua minggu pertama saya di Inggris - menghubungkan kami dengan badan amal tunawisma, Crisis.

Mereka menyediakan tempat sementara bagi kami sampai awal Januari dan membantu kami meminta suaka lagi ke Departemen Dalam Negeri Inggris.

Kemudian suatu hari, saya tidak bisa merasakan bayi saya, sehingga saya dilarikan ke rumah sakit.

Pemeriksaan itu menyimpulkan saya dan bayi saya baik-baik saja, tetapi staf rumah sakit tidak akan melepaskan saya sampai mereka tahu saya memiliki tempat yang aman untuk pergi.

Mereka membantu kami menghubungi Departemen Dalam Negeri dan bertanya tentang pengajuan suaka kami.

Lalu pada hari ketiga saya tinggal di rumah sakit, permintaan suaka kami dikabulkan dan kami ditempatkan di sebuah rumah di Thornton Heath.

Penolakan sebelumnya terjadi karena kesalahan dalam aplikasi. Itu sangat melegakan.

Hidup akhirnya mulai bergerak maju lagi.

Saya menjalin pertemanan baru, dan mulai pergi ke Magpie - sebuah badan amal yang membantu para ibu dan anak-anak di tempat akomodasi sementara - di mana saya bisa mendapatkan popok, bersosialisasi dengan ibu-ibu lain dan melakukan banyak kegiatan .

Tapi kemudian virus corona melanda, dan semuanya berhenti.

Magpie menghubungkan saya dengan badan amal lain bernama Beam, yang mengumpulkan uang untuk kursi makan anak dan tablet dengan aplikasi pendidikan untuk putra saya, juga laptop sehingga saya dapat meningkatkan kemampuan bahasa Inggris dan mudah-mudahan mendapatkan pekerjaan segera setelah status saya diberikan.

Dengan sedikitnya aktivitas yang bisa saya lakukan, saya semakin cemas setiap hari, mengkhawatirkan keselamatan putri saya Beverley.

Saya merasa gagal sebagai seorang ibu, bahwa saya tidak melindunginya, saya egois.

Saya berharap status saya segera diputuskan, karena dengan itu, saya bisa mengajak putri saya bersatu dengan kami.

Saya berharap dia ada di sini bersama kami, sehingga hidup saya akhirnya bisa dimulai.

https://www.kompas.com/global/read/2020/06/22/202909670/tragis-ibu-hamil-7-bulan-terus-diperkosa-kabur-ke-luar-negeri-dan-jadi

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke