KOMPAS.com - Salah satu jenis jamur yang umum digunakan dalam masakan adalah jamur shiitake.
Jamur ini memiliki habitat asli di Asia Timur dan telah dibudidayakan di Jepang dan China sejak berabad-abad lalu.
Kata shiitake berasal dari bahasa Jepang, shii berarti jamur atau pohon kayu keras tempat jamur tumbuh.
Baca juga:
Melansir MasterClass, shiitake merupakan jenis jamur yang paling banyak dibudidayakan ketiga di dunia setelah jamur kancing putih dan jamur tiram.
Jamur shiitake umumnya dibudidayakan dengan ditanam di kayu yang telah mati atau membusuk. Proses budi daya shiitake membutuhkan waktu cukup lama untuk menghasilkan jamur dengan kualitas tinggi.
Namun, terdapat teknik alternatif budi daya jamur shiitake yaitu menggunakan produk limbah seperti tongkol jagung dan kulit biji bunga matahari sebagai media tanam.
Jamur shiitake memiliki topi atau tudung dan batang berwarna coklat, bentuknya cembung seperti payung dengan insang berwarna putih pudar.
Diameter tudung jamur shiitake dapat berkisar antara kurang dari tiga sentimeter hingga 25 sentimeter.
Baca juga:
Terkadang terdapat retakan putih pada tudung jamur shiitake yang disebut donko atau jamur bunga. Retakan tersebut menandakan jamur shiitake mempunyai aroma yang lebih wangi.
Jamur shiitake pada dasarnya mempunyai rasa yang kuat karena mengandung asam amino glutamat.
Saat sudah dimasak, tudung jamur akan bertekstur halus dan empuk seperti daging.
Sementara batang mentah jamur shiitake padat tetapi menjadi empuk jika dimasak dalam waktu yang cukup.