Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Daun Woka, Pembungkus Nasi Kuning Asal Manado

Kompas.com - 05/07/2022, 11:11 WIB
Krisda Tiofani,
Silvita Agmasari

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Nasi kuning khas Manado memiliki penyajian yang berbeda dari makanan serupa di daerah lain luar Sulawesi.

Jika nasi kuning umumnya disajikan di atas piring atau bungkus nasi, nasi kuning khas Manado dibalut rapi menggunakan daun woka.

Daun woka yang bernama ilmiah Livistona ini memiliki bentuk mirip daun kelapa, masih satu keluarga dengan daun palma.

"Daun woka itu sering disebut namanya dengan busung Sulawesi, kalau yang pernah ke Manado itu biasanya dipakai untuk bungkus dodol dan nasi kuning," ujar Thea Magdalena, pemilik restoran Jamuan dalam acara "Story Telling untuk Memperkenalkan Gastronomi Indonesia" di Museum Nasional pada Kamis (30/6/2022).

Sebagai pelaku usaha gastronomi, Thea juga menggunakan daun woka untuk membungkus sajian nasi kuning di restorannya, persis seperti masyarakat Manado lainnya.

Menurutnya, daun woka memiliki keunggulan tersendiri daripada pembungkus makanan lainnya.

"Selain membuat nasi lebih wangi, memberikan aroma yang lebih sedap, itu juga menjaga kelembapan," jelas Thea.

"Jadi tekstur nasinya bisa lebih moisture. Kalau nasi dibiarkan atau ditaruh dalam boks bisa lebih kering dan rasanya jadi tidak enak," katanya.

Baca juga:

Daun woka masih sulit ditemukan di Pulau Jawa

ilustrasi daun woka yang biasa digunakan untuk membungkus dodol atau nasi kuning. shutterstock/Izz Tropic ilustrasi daun woka yang biasa digunakan untuk membungkus dodol atau nasi kuning.

Thea mengatakan, penggunaan daun woka yang terbilang lumrah bagi masyarakat Manado.

"Manado itu sering disebut daerah Nyiur Melambai karena di sepanjang pesisir itu pohon kelapanya (woka) banyak sekali," kata Thea.

Namun, daun woka siap olah sebagai pembungkus makanan hanya bisa ditemukan di Sulawesi, sementara di Jawa masih sulit ditemukan.

Thea mengungkapkan, dirinya harus mengirim daun woka langsung dari Manado untuk membungkus nasi kuning di restorannya.

Daun woka ini pun tidak bisa disimpan begitu lama. Ketahanan maksimalnya hanya satu bulan.

"Kalau di dalam kulkas bisa tahan satu bulan tetapi harus dalam suhu yang sangat dingin dan keadaan yang bersih," ujar Thea.

Daun woka yang tiba di Jakarta, langsung dibersihkan dan dipakai untuk membungkus nasi kuning.

Daun yang semula memanjang dan membentuk bulatan besar, dipotong menjadi beberapa bagian.

Menurutnya, pembungkus makanan tradisional seperti daun woka memiliki nilai tambah yang menjadi daya tarik tersendiri.

"Sebagai pelaku bisnis yang punya passion, saya harus menceritakan bagaimana produk ini menjadi satu kesatuan dengan kemasan. Kami ingin memberikan sesuatu yang maksimal untuk konsumen," tutur Thea.

"Semoga pada masa depan banyak pelaku bisnis gastronomi yang bisa mengangkat sesuatu dari apa yang leluhur kita sudah punya," tambahnya.

Baca juga:

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Foodplace (@my.foodplace)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com