Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 06/10/2021, 08:07 WIB
Krisda Tiofani,
Silvita Agmasari

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Salah satu jenis jagung yang banyak dikonsumsi di Indonesia adalah jagung manis.

Menurut Dr Tjahja Muhandri dari Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan IPB, jagung manis memiliki warna kuning pucat dan rasa yang paling manis dibandingkan dengan jagung lainnya.

"Kalau jagung manis, itu kan mentah saja dimakan ya manis, empuk," kata Tjahja kepada Kompas.com, Kamis (30/9/2021).

Dr Ir Suwarto, M.Si, Dosen di Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, IPB University juga mengatakan hal yang sama.

Suwarto menuturkan, jagung manis memiliki jumlah kandungan gula yang tinggi.

Meski terbilang banyak dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia karena rasanya yang manis, menurut Suwarto, pengolahan jagung manis sangat terbatas.

"Jagung manis juga banyak konsumsi tetapi penggunaannya kan terbatas karena umumnya adalah konsumsi segar atau mungkin dikalengkan," tutur Suwarto kepada Kompas.com, Jumat (30/9/2021).

Baca juga:

Mengapa ada jagung tidak manis? 

Jagung manis cenderung mudah ditemukan di banyak tempat, seperti pasar tradisional, swalayan, atau pasar modern.

Menurut Suwarto, jagung manis biasanya harus langsung didistribusikan pada hari yang sama setelah dipanen.

"Jadi kalau lihat, dari Cianjur dibawa ke Kramat Jati atau pasar itu makanya mereka pada mengebut kalau bawa jagung manis itu supaya tidak lama-lama di jalan," ujar Suwarto.

Proses distribusi jagung manis harus berlangsung cepat untuk memastikan tingkat kemanisan jagung manis masih sempurna.

Sebab, distribusi yang terlalu lama bisa menyebabkan kadar gula dalam jagung manis berkurang banyak.

"Kalau dia sudah beberapa hari dipanen, dia tingkat kemanisannya juga turun ya. Jadi, kalau bisa ya fresh saja. Ya bagusnya tiga hari lah ya, jangan lama-lama," tutur Suwarto.

Meskipun sudah tidak segar dan kurang manis, jagung tetap aman untuk dimakan.

Selain itu, menurut Tjahja ada penyebab lain yang membuat tidak semua jagung manis memiliki tingkat kemanisan yang sama, yaitu penggunaan benih tanam jagung manis yang tidak sesuai.

"Jagung manis itu kan setau saya persilangan. Kalau dia sudah turunan yang ke sekian, ya dia sudah tidak manis," jelas Tjahja.

Menurutnya, beberapa petani jagung tidak membeli benih jagung manis yang benar sehingga menyebabkan hasil panen jagung manis tidak semanis biasanya.

"Petaninya tidak mau beli benih. Jadi, dia panen, dikeringkan, dijadikan benih," jelas Tjahja.

Baca juga:

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com