Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pakar ITB: Masyarakat Harus Bijak Gunakan Subsidi Energi Rp 502 Triliun

Kompas.com - 19/08/2022, 19:57 WIB
Albertus Adit

Penulis

KOMPAS.com - Beberapa waktu lalu, pemerintah mulai menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM). Yakni Pertamax Series dan Dex Series.

Sedangkan BBM bersubsidi seperti Pertalite dan Bio Solar harganya tetap. Untuk itulah masyarakat harus bijak dalam menggunakan BBM bersubsidi tersebut.

Berdasarkan data, pemerintah harus menggelontorkan biaya sebesar Rp 502 triliun sebagai subsidi komoditas energi, seperti BBM, listrik, dan gas.

Baca juga: Ini Fitur di Aplikasi Deteksi Dini Stunting Inovasi Mahasiswa UGM

Keputusan ini harus diambil agar tidak membebani masyarakat kelas menengah ke bawah yang baru saja dapat “bernapas” pascaperiode stagnasi dan resesi.

Karena nilai subsidi yang besar tersebut, masyarakat Indonesia diharapkan bijak menggunakan subsidi energi.

Menurut Ketua Pusat Penelitian Energi Baru dan Terbarukan Institut Teknologi Bandung (ITB), Dr. Yuli Setyo Indartono, fluktuasi harga minyak yang tengah terjadi bukanlah kali pertama.

Butuh upaya antisipatif

Sejak 1970, setidaknya sudah ada enam kali terjadi peristiwa ketidakstabilan harga sehingga di masa depan, tidak ada yang bisa menjamin kemapanan perekonomian negara.

Oleh karena itu, dibutuhkan upaya antisipatif untuk mencegah adanya fluktuasi harga minyak berikutnya.

Dr. Yuli juga menjelaskan, transportasi merupakan sektor pengguna energi terbesar, yaitu 45,76 persen dari total konsumsi energi nasional.

Baca juga: 1.382 Maba UPN Jogja Ikut Outbound Bela Negara di Akademi Angkatan Udara

Sementara untuk sektor tersebut, bahan bakar yang sebagian besar digunakan adalah BBM, sedangkan sebagian kecilnya blending fuel (gasoil dan biodiesel).

Untuk sektor rumah tangga juga menjadi pengonsumsi bahan bakar fosil terbesar ketiga (16,98 persen). Data menyebutkan, sebanyak 96 persen dari total konsumsi LPG nasional dihabiskan oleh sektor rumah tangga.

"Sebenarnya, sektor industri menduduki peringkat kedua dalam hal konsumsi energi nasional (31,11 persen), namun tidak sebesar kedua sektor sebelumnya untuk konsumsi bahan bakar fosil," ujarnya dikutip dari laman ITB, Jumat (19/8/2022).

Cara mengurangi bahan bakar fosil

Dr. Yuli yang juga Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) ITB menyatakan, potensi fluktuasi harga energi dapat ditekan dengan cara mengurangi konsumsi BBM di sektor transportasi dan LPG di sektor rumah tangga.

Adapun pengurangan BBM di transportasi bisa dilakukan dengan tiga cara, yakni:

1. peningkatan penggunaan biofuel

2. elektrifikasi kendaraan bermotor

3. perbaikan transportasi massal

Baca juga: Mahasiswa UB Ciptakan Deterjen Ramah Lingkungan dari Bahan Ini

"Sementara itu, di sektor rumah tangga, penggunaan kompor listrik dapat berperan mengurangi konsumsi LPG," tandasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com