Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 16/12/2021, 09:02 WIB
Mahar Prastiwi,
Dian Ihsan

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Guru Besar Farmasi Universitas Airlangga (Unair) Prof. Budi Suprapti menyoroti tantangan dan problem farmasi klinik di era sekarang.

Menurut Prof. Budi, pelayanan kefarmasian masih sering dipersepsi banyak pihak sebagai pelayanan yang hanya berfokus pada pemenuhan perbekalan farmasi yang bermutu dan terjangkau.

Padahal, sejak beberapa dekade lalu profesi farmasi telah mengalami pertumbuhan dan perkembangan dengan melewati tiga periode utama farmasi, yakni tradisional, transisional dan tahap pengembangan yang berorientasi kepada pasien.

Baca juga: Peneliti UGM: Ada Ketimpangan pada Sistem Kesehatan Jiwa di Indonesia

Tantangan di dunia farmasi

Sejalan dengan bergesernya peran penyiapan apoteker ke industri farmasi, Prof. Budi mengungkapkan munculnya problem yang menjadi tantangan dunia farmasi.

Problem medik tersebut bernama preventable drug related morbidity dan mortality. Preventable drug related morbidity dan mortality merupakan merupakan masalah medis serius yang sangat membutuhkan perhatian ahli.

Problem tersebut juga membutuhkan pengembangan layanan untuk mengurangi dan mencegah morbiditas dan mortalitas terkait obat pada pasien.

"Di Amerika pernah ada kasus 140.000 pasien meninggal dan 1 juta pasien menjalani rawat inap dikarenakan reaksi obat yang merugikan," terang Prof. Budi Suprapti seperti dikutip dari laman Unair, Rabu (15/12/2021).

Baca juga: Ini Fakta Perburuan Hiu di Sulut Hasil Penelitian Mahasiswa IPB

Prof. Budi menerangkan, kondisi tersebut memunculkan misi baru profesi farmasi untuk memenuhi kebutuhan yang ada dalam masyarakat.

Keberhasilan terapi obat

Dalam praktiknya, farmasi klinik akan melakukan kolaborasi dengan pasien, dokter, dan profesional kesehatan lainnya.

"Saat ini praktik farmasi klinis telah menjadi bagian standar pelayanan kefarmasian Indonesia. Dimana apoteker memberikan asuhan untuk mengoptimalkan terapi obat dan meningkatkan kesehatan, kesejahteraan, dan pencegahan penyakit," tandasnya.

Baca juga: Orangtua, Seperti Ini 4 Cara Menstimulasi Kecerdasan Anak

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com