Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Guru Besar Unair Soroti Tantangan Farmasi Klinik

KOMPAS.com - Guru Besar Farmasi Universitas Airlangga (Unair) Prof. Budi Suprapti menyoroti tantangan dan problem farmasi klinik di era sekarang.

Menurut Prof. Budi, pelayanan kefarmasian masih sering dipersepsi banyak pihak sebagai pelayanan yang hanya berfokus pada pemenuhan perbekalan farmasi yang bermutu dan terjangkau.

Padahal, sejak beberapa dekade lalu profesi farmasi telah mengalami pertumbuhan dan perkembangan dengan melewati tiga periode utama farmasi, yakni tradisional, transisional dan tahap pengembangan yang berorientasi kepada pasien.

Tantangan di dunia farmasi

Sejalan dengan bergesernya peran penyiapan apoteker ke industri farmasi, Prof. Budi mengungkapkan munculnya problem yang menjadi tantangan dunia farmasi.

Problem medik tersebut bernama preventable drug related morbidity dan mortality. Preventable drug related morbidity dan mortality merupakan merupakan masalah medis serius yang sangat membutuhkan perhatian ahli.

Problem tersebut juga membutuhkan pengembangan layanan untuk mengurangi dan mencegah morbiditas dan mortalitas terkait obat pada pasien.

"Di Amerika pernah ada kasus 140.000 pasien meninggal dan 1 juta pasien menjalani rawat inap dikarenakan reaksi obat yang merugikan," terang Prof. Budi Suprapti seperti dikutip dari laman Unair, Rabu (15/12/2021).

Prof. Budi menerangkan, kondisi tersebut memunculkan misi baru profesi farmasi untuk memenuhi kebutuhan yang ada dalam masyarakat.

Keberhasilan terapi obat

Dalam praktiknya, farmasi klinik akan melakukan kolaborasi dengan pasien, dokter, dan profesional kesehatan lainnya.

"Saat ini praktik farmasi klinis telah menjadi bagian standar pelayanan kefarmasian Indonesia. Dimana apoteker memberikan asuhan untuk mengoptimalkan terapi obat dan meningkatkan kesehatan, kesejahteraan, dan pencegahan penyakit," tandasnya.

Prof. Budi menekankan, keberhasilan terapi obat tergantung pada pemilihan obat, produk obat dan rancangan aturan dosis.

Pada prinsipnya aturan dosis obat perlu dilakukan secara individual. Terutama untuk obat dengan rentang terapi sempit yakni obat dengan batas konsentrasi dalam darah antara efek toksik dan terapi yang berdekatan.

Prof. Budi dikukuhkan menjadi Guru Besar oleh Rektor Unair Prof. Nasih di Aula Garuda Mukti Universitas Airlangga, Rabu (15/12/2021).

Perempuan kelahiran Ponorogo 14 November 1961 ini tercatat pernah mempublikasikan 16 dokumen publikasi pada jurnal yang terindex scopus dan 74 dokumen pada artikel atau publikasi yang terindeks pada google.

https://www.kompas.com/edu/read/2021/12/16/090221871/guru-besar-unair-soroti-tantangan-farmasi-klinik

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke