Oleh: Iwan S. Dani | Pascasarjana ISI Yogyakarta
KOMPAS.com - Musik memiliki dua sisi saling berkelindan dan tak bisa dipisahkan satu dengan lain yakni sisi seni dan sisi sains.
Sisi seni musik adalah sisi di mana musik dipandang sebagai karya seni yang terkait dengan artistik, tipe (genre) musik dan keterampilan bermain musik. Sedangkan pada sisi sains, musik adalah bunyi-bunyian yang memiliki pengaruh pada fisik dan psikis-emosional pendengarnya.
Tidak mudah bagi seseorang menguasai kedua belah sisi musik tersebut karena keduanya sangat kompleks. Kebanyakan orang yang belajar musik akan berat pada satu sisi ketimbang yang lain.
Seorang musisi profesional akan lebih menekankan sisi seni dari musik, menginvestasikan waktunya untuk berlatih dan mengasah kemampuan bermain musik hingga mencapai level virtuoso (sangat mahir).
Sebaliknya seorang terapis musik atau psikolog musik akan lebih banyak belajar sisi sains dari musik karena mereka menggunakan musik sebagai media penyembuhan.
Namun berbeda cerita bagi seorang berprofesi sebagai komposer musik.
Baca juga: Bangga, Siswa Indonesia Ukir Prestasi 4 Medali Olimpiade Informatika Internasional
Komposer musik adalah seperti seorang chef di dunia kuliner. Jika seorang chef meramu bumbu dan bahan masakan untuk menciptakan sajian makanan maka seorang komposer meramu bunyi-bunyian sehingga menjadi sebuah karya musik.
Untuk bisa menghasilkan sajian musik yang bermakna, seorang komposer harus mempelajari kedua sisi musik.
Dia harus mengerti bagaimana bunyi-bunyian diproduksi lalu digabungkan sehingga terasa "enak" didengar, ini adalah sisi seninya, dan di sisi sains dia harus tahu pengaruh apa yang ingin dia berikan kepada pendengar melalui rangkaian bunyi-bunyian tersebut.
Seorang komposer yang baik perlu menempuh pendidikan khusus di bidang komposisi musik. Pada era sekarang jurusan Komposisi Musik terdapat pada hampir semua sekolah musik baik di dalam amupun di luar negeri.
Di beberapa negara maju jenjang pendidikan komposisi musik sudah mencapai tingkat doktoral.
Salah satunya adalah New England Concervatory (NEC) di Boston Amerika Serikat yang dikenal sebagai salah satu sekolah musik terbaik dunia di mana seorang putra Indonesia kelahiran Jakarta bernama Peter Jonatan mendalami ilmu komposisi hingga tingkat doktoral.
Studi komposisi musik yang Peter tempuh di Amerika Serikat berawal dari jenjang bachelor (sarjana) di Berklee Music College yang juga termasuk sekolah musik terbaik dunia kemudian melanjutkan jenjang master dan doktor di NEC.
Baca juga: Sound of Borobudur Music over Nations Sukses Buktikan Borobudur sebagai Simpul Musik Dunia