Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Peter Jonatan, Komposer Indonesia Pertama Peraih Doktor Komposisi Jazz NEC

Kompas.com - 02/07/2021, 16:57 WIB
Yohanes Enggar Harususilo

Penulis

Selama studi Peter mencatat berbagai prestasi yang membanggakan sehingga selalu mendapatkan beasiswa hingga jenjang doktor.

Peter adalah satu dari sedikit sekali orang Indonesia yang berhasil menempuh pendidikan komposisi musik hingga tingkat doktor bahkan Peter adalah orang Indonesia pertama yang meraih gelar doktor di bidang komposisi Jazz di New England Conservatory.

Keberhasilan Peter di dalam meraih gelar doktor di NEC bukanlah prestasi main-main mengingat NEC adalah sekolah musik bergengsi yang sudah berumur lebih dari 100 tahun.

Selain itu, NEC sangat selektif di dalam penerimaan mahasiswa terlebih untuk jenjang doktor yang setiap tahun hanya menerima maksimal 12 orang mahasiswa.

Total keseluruh mahasiswanya tidak lebih dari 900 orang bahkan jurusan jazz hanya memiliki 40 mahasiswa dari seluruh angkatan. NEC sebagaimana sekolah konservatori lainnya menitikberatkan pada musik klasik eropa barat.

Studi jazz mulai diperkenalkan kepada mahasiswa NEC dalam beberapa dekade terakhir ini.

Studi jazz di NEC menjadi unik karena pengaruh musik klasik yang kental. Pendekatan musik klasik di dalam mengembangkan komposisi jazz menjadikan karya-karya Peter menjadi spesial.

Ambil contoh karyanya yang berjudul “Cendrawasih” yang dipentaskan di Berklee College of Music di dalam sebuah konser bertajuk “Legenda” yang bertujuan untuk mengenalkan cerita hikayat Indonesia kepada masyarakat Amerika Serikat.

Di dalam karya tersebut Peter seolah-olah melukis di dalam keheningan melalui bunyi-bunyian yang terencana dengan rapih untuk menggambarkan tragedi di dalam hikayat Cendrawasih yang berasal dari Papua Barat.

Baca juga: Optimalkan Potensi Anak Berkebutuhan Khusus lewat Seni Musik

 

Harmoni-harmoni jazz akan terdengar dengan takaran yang pas berpadu dengan bunyi-bunyian perkusi khas Papua dan idiom-idom musik klasik.

Dalam karyanya yang lain yakni “Rayuan Pulau Kelapa”, sebuah interprestasi ulang mahakarya Ismail Marzuki, Peter memadukan skala pentatonis pada denting piano untuk membangun nuansa nusantara di tengah alunan harmoni diatonis yang membuat terlena. Siapapun yang mendengar benar-benar terkena “rayuan” Pulau Kelapa.

Walau pun sudah meraih segudang prestasi, Peter masih memiliki mimpi untuk menggelar konser di tanah air. Konser impiannya tersebut akan menampilkan karyanya yang diangkat dari musik-musik nasional dan tradisional Indonesia.

Musik yang hidup di Indonesia begitu kaya dan akan menjadi sumber inspirasi yang tak habis-habisnya bagi para komposer. Semoga impian Peter segera terwujud.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com