KOMPAS.com - Badai Matahari terkuat selama 20 tahun terakhir menghantam Bumi pada 10-12 Mei 2024.
Badan Kelautan dan Atmosfer Nasional AS (NOAA) mengungkapkan, badai Matahari sebelumnya terjadi pada Oktober 2023, dikutip dari Al Jazeera, Sabtu (11/5/2024).
NOAA mengungkapkan bahwa ledakan Matahari mencapai Bumi pada 16.00 GMT atau 23.00 WIB pada Jumat (10/5/2024).
Selain itu, badai Matahari memicu peringatan potensi gangguan jaringan listrik dan komunikasi satelit.
Selain itu, peristiwa ini juga memicu NOAA untuk mengeluarkan peringatan yang jarang dilakukan.
Meskipun diklaim menjadi yang terkuat dalam 20 tahun terakhir, namun badai Matahari pada Mei 2024 bukanlah yang terkuat sepanjang sejarah.
Baca juga: Badai Matahari Mei 2024 Jadi yang Terkuat dalam 20 Tahun Terakhir, Apa Saja Dampaknya?
Dilansir dari The Hill, Jumat (10/5/2024), badai Matahari terkuat sepanjang sejarah terjadi pada 1859.
Kejadian tersebut terjadi pada 1 September 1859 pada pukul 11.18 EDT atau 20.18 WIB dan dikenal dengan Peristiwa Carrington.
Nama tersebut diambil dari nama astronom, Richard Carrington yang memperhatikan bintik-bintik tidak biasa di permukaan Matahari, dikutip dari Space.com.
Richard melihat peristiwa tersebut melalui teleskop observatorium pribadinya dan membuat sketsa bintik Matahari.
Bintik-bintik yang ada di permukaan Matahari inilah yang menghantam Bumi dalam 18 jam kemudian.
Ilmuwan NASA mengatakan bahwa suar tersebut merupakan badai Matahari terbesar yang terdokumentasi dalam 500 tahun terakhir.
Peristiwa tersebut juga menghasilkan aurora yang terlihat hingga ke selatan Karibia dan menyebabkan gangguan komunikasi yang parah dalam komunikasi telegraf global.
Hal ini mengejutkan beberapa operator telegraf dan memicu kebakaran ketika pelepasan dari saluran tersebut menyulut kertas telegraf.
Manajer telegraf Rochester Union and Advertiser saat itu mengatakan bahwa kabel-kabel telegraf sepenuhnya berada di bawah pengaruh Aurora Borealis.