Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Festival Penis Kanamara Matsuri, Tradisi Sakral di Jepang

Kompas.com - 14/07/2023, 17:00 WIB
Diva Lufiana Putri,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Kanamara Matsuri adalah sebuah festival unik untuk menghormati penis atau alat kelamin pria yang digelar setiap tahun di Jepang.

Festival Kanamara Matsuri diselenggarakan di Kota Kawasaki setiap musim semi, tepatnya pada Minggu pertama April.

Dilansir dari laman Japan Travel, karnaval yang kerap dijuluki sebagai festival penis ini menuai daya tarik wisatawan dan menjadi salah satu perayaan musim semi terpopuler.

Pada saat perayaan, wisatawan akan disuguhkan dengan tiga kuil portabel berbentuk penis yang dibawa dengan riang dalam pawai.

Bukan hanya itu, beberapa makanan dan barang-barang pun dibuat menyerupai alat kelamin pria untuk memeriahkan perayaan festival.

Meski terkesan aneh, kegiatan tahunan di kuil Kanayama Kawasaki ini sebenarnya memiliki sejarah cukup sakral.

Baca juga: Pria Jepang Melamar Pacarnya dengan Tulisan Marry Me di Google Maps


Sejarah festival Kanamara Matsuri

Dikutip dari Kompas.com (2/4/2022), Kanamara Matsuri secara kasar diterjemahkan menjadi "Festival Lingga Baja".

Festival ini bertujuan untuk menghormati dewa Shinto Kanayama-hiko dan dewi Kanayama-hime, yang dikaitkan dengan seni metalurgi dan kesehatan seksual.

Sejarah festival Kanamara Matsuri sendiri dimulai pada periode Edo (1603-1867) di kawasan Kawasaki.

Kala itu, Kawasaki masih menjadi kawasan penginapan di sepanjang Tokaido, jalan utama yang menghubungkan ibu kota timur Edo ke Kyoto.

Cerita yang beredar, seperti menurut Travel Magazine Matcha, para pekerja wanita di penginapan, baik sebagai pelayan maupun pekerja seks komersial, sering datang ke Kuil Kanamaya.

Di sana, para pekerja wanita memohon doa agar senantiasa dilindungi dari penyakit dan kesialan.

Tak hanya di masa lalu, orang-orang yang menderita penyakit menular seksual pada zaman modern juga terus datang ke kuil pada malam hari untuk berdoa.

Kondisi ini yang kemudian mendorong masyarakat Kuil Kanayama untuk memulai sebuah festival yang dapat dinikmati siapa saja pada siang hari, tanpa diskriminasi.

Baca juga: Apa Itu Randoseru, Tas Kotak yang Dipakai Anak Sekolah di Jepang?

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com