ERICK Thohir ditetapkan menjadi Ketua Umum (Ketum) Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) dalam Kongres Luar Biasa pada 16 Februari 2023. Sejak itu, dia telah berhadapan dengan berbagai persoalan sepak bola Indonesia.
Saat dia ditetapkan jadi ketum PSSI, lembagai itu berada dalam situasi sulit karena menghadapi kenyataan bahwa Indonesia batal menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20. Batalnya Indonesia menjadi tuan rumah perhelatan itu tentunya menimbulkan kerugian besar.
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Uno mengatakan, kerugian atas batalnya Piala Dunia U-20 2023 FIFA di Indonesia mencapai Rp 3,7 triliun. Itu belum termasuk kerugian lain seperti biaya renovasi stadion.
Baca juga: Diplomasi Olahraga Berlanjut, Pyogyang Kirim Tim Pingpong ke Seoul
Perlahan tetapi pasti, Erick Thohir mulai memberikan gebrakan terhadap persepakbolaan Indonesia dengan melalukan upaya diplomasi dengan berbagai pihak. Dalam studi hubungan internasional, hal ini sering dikenal dengan istilah sport diplomacy atau diplomasi olahraga.
Stuart Murray (2020) dalam tulisan berjudul "Sports Diplomacy: History, Theory, and Practice" menjelaskan, diplomasi olahraga merupakan istilah baru yang menggambarkan praktik lama.
Hal itu dipahami sebagai kekuatan unik olahraga untuk mendekatkan orang, bangsa, dan komunitas melalui kecintaan bersama pada kegiatan fisik. Praktik itu dapat dipahami pula sebagai upaya untuk memajukan negara, khususnya yang berkaitan langsung dengan olahraga.
Nikita Bokserov (2023) menyebutan, jenis diplomasi itu menggunakan kemampuan atlet, pejabat olahraga, dan kompetisi olahraga untuk menciptakan citra negara yang menarik bagi publik asing.
Bagi masyarakat Indonesia, sepak bola merupakan salah satu olahraga yang paling digemari. Bahkan, berdasarkan laporan yang dikeluarkan Ipsos, proporsi masyarakat Indonesia yang menyukai sepak bola mencapai 69 persen. Angka ini merupakan yang tertinggi di dunia.
Kendati demikian, Indonesia patut bersyukur karena mampu terhindar dari sanksi berat FIFA terkait batalnya perhelatan tersebut. Berdasarkan pengalaman tahun 2015, sangat terbuka kemungkinan bahwa Indonesia memperoleh sanksi berat karena dianggap telah melanggar statuta FIFA.
Namun, Erick Thohir rupanya bisa melakukan negosiasi sehingga Indonesia terhindar dari sanksi pembekuan dan hanya memperoleh sanksi administratif. Hal ini merupakan salah satu awal baik bagi Erick sebagai Ketum PSSI.
Setelah peristiwa tersebut, Timnas Sepak Bola Indonesia juga menunjukkan perubahan ke arah positif, terutana saat mampu menjuarai cabang olahraga itu di SEA Games 2023 di Kamboja sejak terakhir juara 32 tahun lalu.
Terobosan lain adalah ketika Erick Thohir menghadirkan tim yang merupakan Juara Piala Dunia pada edisi terakhir, Argentina, untuk menjadi lawan Indonesia dalam FIFA Matchday. Meski akhirnya menelan kekalahan 0-2, hal itu tetap menjadi suatu pengalaman berharga bagi Timnas Indonesia yang pada waktu itu menempati peringkat 149 dunia.
Baca juga: Ketika Presiden Jokowi Puji PSSI Era Erick Thohir Saat Cek Venue Piala Dunia U17...
Kehadiran Argentina dapat dikatakan sebagai keberhasilan Erick Thohir dalam berdiplomasi dengan Asociación del Fútbol Argentino (AFA) atau federasi sepak bola Argentina, sehingga Timnas mereka yang berpredikat peringkat satu dunia bersedia hadir sebagai lawan Timnas Indonesia.
Tak sampai di situ, Indonesia kemudian juga ditunjuk FIFA menjadi tuan rumah Piala Dunia U-17, menggantikan Peru yang mundur sebagai tuan rumah. Hal ini merupakan kabar gembira khususnya bagi pecinta sepak bola Indonesia.
Penunjukkan itu diharapkan dapat menggantikan atau setidaknya mengurangi kerugian yang terjadi akibat pembatalan event sebelumnya. Momentum itu membangkitkan kembali gairah sepak bola di Indonesia, setelah sempat turun beberapa waktu lalu.