Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Untar untuk Indonesia
Akademisi

Platform akademisi Universitas Tarumanagara guna menyebarluaskan atau diseminasi hasil riset terkini kepada khalayak luas untuk membangun Indonesia yang lebih baik.

Perilaku "Ghosting": Tanda Tidak Siap Mental

Kompas.com - 14/07/2023, 11:51 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Oleh: Runi Michiko dan Denrich Suryadi M.Psi., Psikolog*

USIA dewasa dalam rentang 19-25 tahun merupakan masa seseorang memperluas pertemanan dan mulai mencari pasangan yang dirasa sesuai untuk dilanjutkan ke jenjang berikutnya, yaitu pernikahan.

Namun, sayangnya dalam proses mencari seseorang yang tepat banyak masalah yang akan dihadapi. Salah satunya menjadi korban ghosting.

Kata-kata ghosting menjadi istilah populer pada saat ini, terutama sejak dikaitkan dengan peristiwa ghosting yang dilakukan oleh figur publik beberapa tahun lalu dan ramai dibicarakan di media sosial.

Ghosting merupakan keadaan seseorang menghilang secara tiba-tiba saat sedang menjalin hubungan.

Seseorang yang di-ghosting tidak menyadari bahwa ia sedang menjadi korban ghosting dan mencari-cari letak kesalahan komunikasi dari pasangannya (Navarro, Larrañaga & Yubero, 2021).

Dalam artikel New York Times “Why people ghost - and how to get over it” (2023) mencatat bahwa fenomena ghosting dilakukan saat seseorang menghilang dan menghindari adanya komunikasi.

Berdasarkan artikel tersebut terdapat tiga kategori level ghosting. Pertama adalah light-weight ghosting, yaitu seseorang melakukan ghosting hanya melalui media sosial.

Kedua adalah midweight ghosting, yaitu ghosting dilakukan ketika sudah dekat setelah beberapa kali bertemu. Dalam tahap ini membuat seseorang lebih sakit hati karena merasa sudah ada kedekatan yang lebih dalam.

Terakhir adalah heavy-weight ghosting, yaitu ketika seseorang di-ghosting ketika sudah melakukan hubungan seksual, dalam konteks pranikah di Indonesia.

Berdasarkan fenomena di atas membuat kita bertanya-tanya apa latar belakang yang membuat seseorang melakukan perilaku ghosting.

Penyebab seseorang melakukan perilaku ghosting dapat dilihat dari beberapa sudut pandang. Forrai, Koban dan Matthes (2023) mengemukakan dua alasan, yakni faktor komunikasi berlebihan dan konsep diri.

Komunikasi berlebihan

Pada era media sosial seperti sekarang, kita dapat menghubungi orang lain melalui beberapa media sekaligus. Hal ini yang dapat membuat seseorang merasa lelah dan tidak nyaman.

LaRose, et.al (dalam Forrai, Koban & Matthes, 2023) mengemukakan bahwa komunikasi berlebihan merupakan tuntutan komunikasi di media sosial yang melampaui kemampuan seseorang untuk berkomunikasi. Dampaknya akan berpengaruh kepada kesejahteraan mental mereka.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Mengenal Como 1907, Klub Milik Orang Indonesia yang Sukses Promosi ke Serie A Italia

Mengenal Como 1907, Klub Milik Orang Indonesia yang Sukses Promosi ke Serie A Italia

Tren
Melihat Lokasi Kecelakaan Bus Pariwisata di Subang, Jalur Rawan dan Mitos Tanjakan Emen

Melihat Lokasi Kecelakaan Bus Pariwisata di Subang, Jalur Rawan dan Mitos Tanjakan Emen

Tren
Remaja di Jerman Tinggal di Kereta Tiap Hari karena Lebih Murah, Rela Bayar Rp 160 Juta per Tahun

Remaja di Jerman Tinggal di Kereta Tiap Hari karena Lebih Murah, Rela Bayar Rp 160 Juta per Tahun

Tren
Ilmuwan Ungkap Migrasi Setengah Juta Penghuni 'Atlantis yang Hilang' di Lepas Pantai Australia

Ilmuwan Ungkap Migrasi Setengah Juta Penghuni "Atlantis yang Hilang" di Lepas Pantai Australia

Tren
4 Fakta Kecelakaan Bus Pariwisata di Subang, Lokasi di Jalur Rawan Kecelakaan

4 Fakta Kecelakaan Bus Pariwisata di Subang, Lokasi di Jalur Rawan Kecelakaan

Tren
Dilema UKT dan Uang Pangkal Kampus, Semakin Beratkan Mahasiswa, tapi Dana Pemerintah Terbatas

Dilema UKT dan Uang Pangkal Kampus, Semakin Beratkan Mahasiswa, tapi Dana Pemerintah Terbatas

Tren
Kopi atau Teh, Pilihan Minuman Pagi Bisa Menentukan Kepribadian Seseorang

Kopi atau Teh, Pilihan Minuman Pagi Bisa Menentukan Kepribadian Seseorang

Tren
8 Latihan yang Meningkatkan Keseimbangan Tubuh, Salah Satunya Berdiri dengan Jari Kaki

8 Latihan yang Meningkatkan Keseimbangan Tubuh, Salah Satunya Berdiri dengan Jari Kaki

Tren
2 Suplemen yang Memiliki Efek Samping Menaikkan Berat Badan

2 Suplemen yang Memiliki Efek Samping Menaikkan Berat Badan

Tren
BMKG: Inilah Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir 12-13 Mei 2024

BMKG: Inilah Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir 12-13 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] Prakiraan Cuaca BMKG 11-12 Mei | Peserta BPJS Kesehatan Bisa Berobat Hanya dengan KTP

[POPULER TREN] Prakiraan Cuaca BMKG 11-12 Mei | Peserta BPJS Kesehatan Bisa Berobat Hanya dengan KTP

Tren
Kronologi Kecelakaan Bus di Subang, 9 Orang Tewas dan Puluhan Luka-luka

Kronologi Kecelakaan Bus di Subang, 9 Orang Tewas dan Puluhan Luka-luka

Tren
Warganet Pertanyakan Mengapa Aurora Tak Muncul di Langit Indonesia, Ini Penjelasan BRIN

Warganet Pertanyakan Mengapa Aurora Tak Muncul di Langit Indonesia, Ini Penjelasan BRIN

Tren
Saya Bukan Otak

Saya Bukan Otak

Tren
Pentingnya “Me Time” untuk Kesehatan Mental dan Ciri Anda Membutuhkannya

Pentingnya “Me Time” untuk Kesehatan Mental dan Ciri Anda Membutuhkannya

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com