Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Ari Junaedi
Akademisi dan konsultan komunikasi

Doktor komunikasi politik & Direktur Lembaga Kajian Politik Nusakom Pratama.

Partai Mahasiswa Perlu, Tidak Perlu, Perlu Tidak?

Kompas.com - 28/04/2022, 17:39 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

"IDEALISME adalah kemewahan terakhir yang dimiliki oleh seorang pemuda". 

Tan Malaka begitu bernas mengemukakan pertentangan di persimpangan jalan pilihan dari seorang pemuda. Apakah akan terus berjuang dengan kemurnian idealismenya? Ataukah akan melakukan barter kepentingan demi sebuah kompromi?

Kekuasaan begitu memabukkan. Ada gurih, harum, dan bertaji. Sementara kaum oposan hanyalah "pengkritik" abadi rezim yang menang. Oposan harus siap susah dan menderita.

Saya tidak bisa membayangkan perjuangan Soekarno muda begitu “menghebat” di masanya. Usai menamatkan Hogere Burgerschool (HBS) di Surabaya, 10 Juni 1921, Soekarno begitu ngebet kuliah ke Belanda.

Ibundanya, Ida Ayu Nyoman Rai begitu melarang niat Soekarno karena tidak sudi kuliah di luar negeri hanya untuk mendapat gelar atau malah kecantol perempuan kulit putih. Ida Ayu ingin Soekarno menuntut ilmu di Tanah Airnya sendiri.

Baca juga: Peristiwa Menjelang Kemerdekaan: Gerakan Pemuda Mendorong Proklamasi Kemerdekaan

Soekarno akhirnya kuliah di Technische Hogeschool te Bandoeng atau kini dikenal dengan ITB (Institut Teknologi Bandung) dengan biaya dari ayahnya yang guru dan ibunya yang membatik. Saat kuliah, Soekarno sempat mencari tambahan biaya dengan cuti kuliah. Soekarno sempat bekerja sebagai petugas administrasi stasiun kereta api Surabaya.

Juli 1922, Soekarno memutuskan lanjut kuliah dan untuk pertama kali berpidato mengobarkan semangat dan kesadaran politik rakyat dalam rapat raksasa di Bandung. Pidato Soekarno dihentikan dan acara dibubarkan polisi Belanda. Sejak saat itu Soekarno dianggap pengacau dan selalu diawasi polisi Belanda.

Soekarno lulus dan diwisuda pada 25 Mei 1926 bersama segelintir mahasiswa bumiputera seperti Anwari, JAH Ondang, dan Soetedjo menjadi insinyur sipil pertama lulusan Hindia Belanda – setara dengan lulusan Technische Hogeschool Delft Belanda (Historia.id, 14 Agustus 2020).

Sama dengan idealisme yang dijunjung Soekarno, Bung Hatta juga menjadi aktivis di Belanda saat tengah menempuh pendidikan tinggi di Sekolah Tinggi Bisnis di Rotterdam, 1921. Walau usianya baru 19 tahun, Hatta sudah bergiat di Indische Vereeniging – organisasi mahasiswa Hindia Belanda di Belanda.

Hatta bergiat di penerbitan majalah organisasi yang bernama Hindia Poetra. Tulisan-tulisan Hatta dikenal kritis, mengusik kemapanan kolonial di tanah jajahan. Ketidakadilan dalam penetapan sewa tanah rakyat di perkebunan milik orang-orang Belanda menjadi topik yang diangkat Hatta.

Pidato Sukarno pada sidang BPUPKIkemdikbud.go.id Pidato Sukarno pada sidang BPUPKI
Akibat kiprahnya di pergerakan, kuliah Hatta keteteran. Apalagi saat Hindia Poetra bersalin nama menjadi Indonesia Merdeka dan mendapuk Hatta sebagai ketua, aktivitas dan pemikiran Hatta soal ekonomi kerakyatan semakin menggila.

Pada 23 September 1927 bersama Nazir Sutan Pamoentjak, Ali Sastroamidjojo, dan Abdul Madjid Djojoadiningrat, Hatta dicokok polisi Belanda. Mereka dituduh menghasut publik untuk melawan pemerintah terutama melalui tulisan-tulisan di Indonesia Merdeka.

Tanggal 9 Maret 1928, Hatta menyampaikan pidato pembelaannya yang “cetar membahana” bertajuk Indonesie Vrij atau Indonesia Merdeka. Pidato berdurasi 3,5 jam itu membelejeti praktik eksploitasi rezim penjajah di Hindia Belanda. Hatta memanfaatkan hasil belajarnya di bidang ekonomi politik untuk mengupas ketimpangan di negerinya dan sentilan kerasnya memengaruhi pola pandang warga Belanda.

Dalam salah satu bagian pledoinya, Hatta berucap, "Kami percaya masa datang bangsa kami dan kami percaya atas kekuatan yang ada dalam jiwanya. Kami tahu bahwa neraca kekuatan di Indonesia senantiasa berkisar ke arah keuntungan kami".

Akhirnya pengadilan di Den Haag membebaskan Hatta dan teman-temannya. Selanjutnya Hatta tetap melanjutkan kegiatan politiknya untuk menekan penjajahan. Hatta baru meraih gelar sarjana ekonomi pada Juli 1932. Hatta menghabiskan 11 tahun sebelum pada akhirnya lulus. Galibnya hanya dibutuhkan 5 tahun. Tiga belas tahun berselang bersama Sukarno, Hatta memproklamasikan kemerdekaan (Liputan6.com, 15 Maret 2014).

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Video Viral Detik-detik Petugas Damkar Tertabrak hingga Kolong Mobil

Video Viral Detik-detik Petugas Damkar Tertabrak hingga Kolong Mobil

Tren
Izin Paytren Aset Manajemen Dicabut OJK, Ini Alasannya

Izin Paytren Aset Manajemen Dicabut OJK, Ini Alasannya

Tren
Kelas BPJS Kesehatan Dihapus, Kemenkes Sebut KRIS Sudah Bisa Diterapkan

Kelas BPJS Kesehatan Dihapus, Kemenkes Sebut KRIS Sudah Bisa Diterapkan

Tren
Paus Fransiskus Umumkan 2025 sebagai Tahun Yubileum, Apa Itu?

Paus Fransiskus Umumkan 2025 sebagai Tahun Yubileum, Apa Itu?

Tren
Bisakah Cairkan JHT BPJS Ketenagakerjaan Tanpa Paklaring Usai Resign?

Bisakah Cairkan JHT BPJS Ketenagakerjaan Tanpa Paklaring Usai Resign?

Tren
Apa Itu Gerakan Blockout 2024 yang Muncul Selepas Met Gala dan Merugikan Taylor Swift juga Zendaya?

Apa Itu Gerakan Blockout 2024 yang Muncul Selepas Met Gala dan Merugikan Taylor Swift juga Zendaya?

Tren
Balon Udara Meledak di Ponorogo, Korban Luka Bakar 63 Persen, Polisi: Masuk Ranah Pidana

Balon Udara Meledak di Ponorogo, Korban Luka Bakar 63 Persen, Polisi: Masuk Ranah Pidana

Tren
Warga Korsel Dilaporkan Hilang di Thailand dan Ditemukan di Dalam Tong Sampah yang Dicor Semen

Warga Korsel Dilaporkan Hilang di Thailand dan Ditemukan di Dalam Tong Sampah yang Dicor Semen

Tren
Harta Prajogo Pangestu Tembus Rp 1.000 Triliun, Jadi Orang Terkaya Ke-25 di Dunia

Harta Prajogo Pangestu Tembus Rp 1.000 Triliun, Jadi Orang Terkaya Ke-25 di Dunia

Tren
Media Asing Soroti Banjir Bandang Sumbar, Jumlah Korban dan Pemicunya

Media Asing Soroti Banjir Bandang Sumbar, Jumlah Korban dan Pemicunya

Tren
Sejarah Lari Maraton, Jarak Awalnya Bukan 42 Kilometer

Sejarah Lari Maraton, Jarak Awalnya Bukan 42 Kilometer

Tren
Rekonfigurasi Hukum Kekayaan Intelektual terhadap Karya Kecerdasan Buatan

Rekonfigurasi Hukum Kekayaan Intelektual terhadap Karya Kecerdasan Buatan

Tren
Basuh Ketiak Tanpa Sabun Diklaim Efektif Cegah Bau Badan, Benarkah?

Basuh Ketiak Tanpa Sabun Diklaim Efektif Cegah Bau Badan, Benarkah?

Tren
BPJS Kesehatan Tegaskan Kelas Pelayanan Rawat Inap Tidak Dihapus

BPJS Kesehatan Tegaskan Kelas Pelayanan Rawat Inap Tidak Dihapus

Tren
Cara Memindahkan Foto dan Video dari iPhone ke MacBook atau Laptop Windows

Cara Memindahkan Foto dan Video dari iPhone ke MacBook atau Laptop Windows

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com