Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

[HOAKS] Ribuan Burung Pipit Mati karena Chemtrail dan Radiasi Frekuensi 5G

Kompas.com - 20/09/2021, 08:26 WIB
Tim Cek Fakta

Penulis

hoaks

hoaks!

Berdasarkan verifikasi Kompas.com sejauh ini, informasi ini tidak benar.

KOMPAS.com - Di media sosial Facebook beredar informasi yang menyebutkan ribuan burung pipit yang mati mendadak di Cirebon, Jawa Barat.

Narasi unggahan juga menyebutkan, penyebab kematian burung karena chemtrail atau radiasi frekuensi 5G.

Saat dikonfirmasi, Protokol Pemkot Cirebon membantah informasi itu. Penyebab kematian burung pipit karena hujan angin dan cuaca ekstrem.

Narasi yang beredar

Berdasarkan penelusuran Tim Cek Fakta Kompas.com, informasi ribuan ekor burung pipit yang mati disebut karena chemtrail atau radiasi frekuensi 5G salah satunya diunggah oleh akun Facebook ini.

"Ribuan Burung Pipit Mati Dibalai Kota Cirebon,..?? Virus Bikinan Manusia itu ya Begini,...
Akibat Nyebar² Racun Diudara ya Begini Jadinya,.. Cuma Ada Dua Kemungkinan: Akibat Chemtrail Atau Radiasi Frekuensi 5G, Sesekali Lihatlah Langit Diatas,.. Bahaya Racun Sedang Disebar,...Jangan Terlalu Nunduk Baca Sosmed di HP Android," tulis pengunggah dalam status Facebook-nya.

Tangkapan layar informasi yang menyebut ribuan burung pipit mati di Cirebon karena radiasi frekuensi 5G.Facebook Tangkapan layar informasi yang menyebut ribuan burung pipit mati di Cirebon karena radiasi frekuensi 5G.

Dalam unggahan itu juga disertakan video berdurasi 44 detik yang menunjukkan kondisi di lahan parkir dengan banyak bangkai burung pipit.

Diperlihatkan pula bangkai burung pipit paling banyak berada di bawah pohon. 

Konfirmasi Kompas.com

Saat dikonfirmasi, Protokol Pemerintah Kota (Pemkot) Cirebon Prasojo Rahardjo Utomo, mengatakan, penyebab kematian burung pipit itu karena cuaca atau perubahan cuaca.

"Lebih cenderung ke cuaca, atau perubahan cuaca. Terakhir saya ketemu dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes), dan Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Cirebon, hasil PCR burung negatif," ujar Prasojo saat dihubungi Kompas.com, Minggu (19/9/2021).

Ia menjelaskan, fenomena matinya ribuan burung pipit itu diketahui pada Rabu (15/9/2021) dini hari.

Saat itu, Cirebon sedang diguyur hujan lebat.

"Kejadian Rabu kemarin, lebih karena hujan di Rabu dini hari, (hujan) sedikit ekstrem atau besar plus angin," lanjut dia.

Prasojo mengatakan, keesokan harinya burung mulai terpantau sudah berjatuhan.

Peristiwa ini pertama kali ditemukan oleh petugas kebersihan dan petugas pamdal. Melihat banyaknya bangkai burung, petugas langsung membersihkan lokasi.

Saat dibersihkan, masih ada beberapa burung yang masih hidup.

HOAKS ATAU FAKTA?

Jika Anda mengetahui ada berita viral yang hoaks atau fakta, silakan klik tombol laporkan hoaks di bawah ini

closeLaporkan Hoaks checkCek Fakta Lain
Berkat konsistensinya, Kompas.com menjadi salah satu dari 49 Lembaga di seluruh dunia yang mendapatkan sertifikasi dari jaringan internasional penguji fakta (IFCN - International Fact-Checking Network). Jika pembaca menemukan Kompas.com melanggar Kode Prinsip IFCN, pembaca dapat menginformasikannya kepada IFCN melalui tombol di bawah ini.
Laporkan
Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Rumput Lapangan GBK Jelang Kualifikasi Piala Dunia usai Konser NCT Dream Disorot, Ini Kata Manajemen

Rumput Lapangan GBK Jelang Kualifikasi Piala Dunia usai Konser NCT Dream Disorot, Ini Kata Manajemen

Tren
Bukan UFO, Penampakan Pilar Cahaya di Langit Jepang Ternyata Isaribi Kochu, Apa Itu?

Bukan UFO, Penampakan Pilar Cahaya di Langit Jepang Ternyata Isaribi Kochu, Apa Itu?

Tren
5 Tokoh Terancam Ditangkap ICC Imbas Konflik Hamas-Israel, Ada Netanyahu

5 Tokoh Terancam Ditangkap ICC Imbas Konflik Hamas-Israel, Ada Netanyahu

Tren
Taspen Cairkan Gaji ke-13 mulai 3 Juni 2024, Berikut Cara Mengeceknya

Taspen Cairkan Gaji ke-13 mulai 3 Juni 2024, Berikut Cara Mengeceknya

Tren
Gaet Hampir 800.000 Penonton, Ini Sinopsis 'How to Make Millions Before Grandma Dies'

Gaet Hampir 800.000 Penonton, Ini Sinopsis "How to Make Millions Before Grandma Dies"

Tren
Ramai soal Jadwal KRL Berkurang saat Harpitnas Libur Panjang Waisak 2024, Ini Kata KAI Commuter

Ramai soal Jadwal KRL Berkurang saat Harpitnas Libur Panjang Waisak 2024, Ini Kata KAI Commuter

Tren
Simak, Ini Syarat Hewan Kurban untuk Idul Adha 2024

Simak, Ini Syarat Hewan Kurban untuk Idul Adha 2024

Tren
BMKG Keluarkan Peringatan Dini Kekeringan di DIY pada Akhir Mei 2024, Ini Wilayahnya

BMKG Keluarkan Peringatan Dini Kekeringan di DIY pada Akhir Mei 2024, Ini Wilayahnya

Tren
8 Bahaya Mencium Bayi, Bisa Picu Tuberkulosis dan Meningitis

8 Bahaya Mencium Bayi, Bisa Picu Tuberkulosis dan Meningitis

Tren
3 Alasan Sudirman Said Maju sebagai Gubernur DKI Jakarta, Siap Lawan Anies

3 Alasan Sudirman Said Maju sebagai Gubernur DKI Jakarta, Siap Lawan Anies

Tren
Starlink Indonesia: Kecepatan, Harga Paket, dan Cara Langganan

Starlink Indonesia: Kecepatan, Harga Paket, dan Cara Langganan

Tren
AS Hapuskan 'Student Loan' 160.000 Mahasiswa Senilai Rp 123 Triliun

AS Hapuskan "Student Loan" 160.000 Mahasiswa Senilai Rp 123 Triliun

Tren
Apakah Setelah Pindah Faskes, BPJS Kesehatan Bisa Langsung Digunakan?

Apakah Setelah Pindah Faskes, BPJS Kesehatan Bisa Langsung Digunakan?

Tren
Apakah Gerbong Commuter Line Bisa Dipesan untuk Rombongan?

Apakah Gerbong Commuter Line Bisa Dipesan untuk Rombongan?

Tren
Kapan Tes Online Tahap 2 Rekrutmen BUMN 2024? Berikut Jadwal, Kisi-kisi, dan Syarat Lulusnya

Kapan Tes Online Tahap 2 Rekrutmen BUMN 2024? Berikut Jadwal, Kisi-kisi, dan Syarat Lulusnya

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com