Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cara Turki Atasi Virus Corona: Terjunkan 6.000 Tim Pelacak Setiap Hari

Kompas.com - 10/05/2020, 09:35 WIB
Ahmad Naufal Dzulfaroh,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Dengan menggunakan alat pelindung diri (APD), dua dokter menaiki tangga untuk menguji seorang wanita yang telah melakukan kontak dengan pasien virus corona di Istanbul.

Meski tampak terganggu dengan penampilan pria berbaju APD lengkap, penduduk di distrik Fatih menjawab pertanyaan mereka sebelum diuji.

Ia kemudian akan mendapat hasilnya pada hari berikutnya.

Baca juga: Gejala Baru Virus Corona, Muncul Ruam pada Kaki Pasien Positif Covid-19

Di Turki, hampir 6.000 tim pelacak yang berasal dari profesional kesehatan diterjunkan untuk melacak kasus Covid-19 potensial setiap harinya, seperti dikutip dari AFP, Sabtu (9/5/2020).

Mereka mengidentifikasi dan menindaklanjuti orang-orang yang telah melakukan kontak dengan pasien.

Dengan menemukan kasus-kasus baru yang kemudian dengan cepat diisolasi dan dirawat, Pemerintah Turki menyebut pelacakan itu telah banyak membantu mereka dalam menahan dan membatasi jumlah kematian akibat virus corona.

Baca juga: Kenali Masa Inkubasi Virus Corona di Dalam Tubuh, Berapa Lama?

Perang melawan wabah

Ilustrasi bandara Istanbul, Turki. SHUTTERSTOCK/SUBODH AGNIHOTRI Ilustrasi bandara Istanbul, Turki.

Meski beberapa pengamat mempertanyakan kebenaran angka resmi yang dikeluarkan oleh pemerintah, angka kematian di Turki bahkan relatif rendah dengn 3.641 kasus mengingat jumlah infeksi di negara itu mencapai 133.700.

Menteri Keseharan Fahrettin Koca percaya bahwa pelacakan adalah kunci utama kesuksesan Turki dalam perang melawan wabah tersebut.

Menurutnya, Setiap proses penelusuran mengindentifikasi rata-rata 4,5 orang yang telah melakukan kontak dengan pasien.

Lebih dari 460.000 orang telah dihubungi oleh tim pelacak di Turki hingga akhir April lalu.

Baca juga: Kenali Tanda dan Gejala Infeksi Virus Corona pada Anak-anak

Pekerjaan detektif

Ilustrasi virus corona, penularan virus corona di transportasi umumShutterstock Ilustrasi virus corona, penularan virus corona di transportasi umum

Direktur Lembaga Kesehatan Masyarakat disrik Fatih Melek Nur Aslan mengatakan, para dokter melakukan pekerjaan seperti detektif untuk menemukan kemungkinan kasus.

"Ketika seorang pasien Covid-19 teridentifikasi, kami mencoba menelusuri kembali perjalanan mereka dalam 48 jam terakhir sebelum kemunculan gejala pertama hingga saat mereka dites positif," kata Aslan kepada AFP.

Para dokter biasanya mendatangi rumah pasien dengan sejumlah pertanyaan: "Kemana mereka pergi?", "Kepada siapa mereka berbicara?", "Apakah mereka memakai masker?"

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Matahari Tepat di Atas Kabah 27 Mei, Ini Cara Meluruskan Kiblat Masjid

Matahari Tepat di Atas Kabah 27 Mei, Ini Cara Meluruskan Kiblat Masjid

Tren
Kisah Pilu Simpanse yang Berduka, Gendong Sang Bayi yang Mati Selama Berbulan-bulan

Kisah Pilu Simpanse yang Berduka, Gendong Sang Bayi yang Mati Selama Berbulan-bulan

Tren
Bobot dan Nilai Minimum Tes Online 2 Rekrutmen BUMN 2024, Ada Tes Bahasa Inggris

Bobot dan Nilai Minimum Tes Online 2 Rekrutmen BUMN 2024, Ada Tes Bahasa Inggris

Tren
6 Artis yang Masuk Bursa Pilkada 2024, Ada Ahmad Dhani dan Raffi Ahmad

6 Artis yang Masuk Bursa Pilkada 2024, Ada Ahmad Dhani dan Raffi Ahmad

Tren
7 Dokumen Syarat Pendaftaran CPNS 2024 yang Wajib Disiapkan

7 Dokumen Syarat Pendaftaran CPNS 2024 yang Wajib Disiapkan

Tren
Kelompok yang Boleh dan Tidak Boleh Beli Elpiji 3 Kg, Siapa Saja?

Kelompok yang Boleh dan Tidak Boleh Beli Elpiji 3 Kg, Siapa Saja?

Tren
Jarang Diketahui, Ini Manfaat dan Efek Samping Minum Teh Susu Setiap Hari

Jarang Diketahui, Ini Manfaat dan Efek Samping Minum Teh Susu Setiap Hari

Tren
Pertamina Memastikan, Daftar Beli Elpiji 3 Kg Pakai KTP Tak Lagi Dibatasi hingga 31 Mei 2024

Pertamina Memastikan, Daftar Beli Elpiji 3 Kg Pakai KTP Tak Lagi Dibatasi hingga 31 Mei 2024

Tren
Benarkah Makan Cepat Tingkatkan Risiko Obesitas dan Diabetes?

Benarkah Makan Cepat Tingkatkan Risiko Obesitas dan Diabetes?

Tren
BMKG: Daftar Wilayah Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 24-25 Mei 2024

BMKG: Daftar Wilayah Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 24-25 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] Ikan Tinggi Natrium, Pantangan Penderita Hipertensi | Sosok Pegi Pelaku Pembunuhan Vina

[POPULER TREN] Ikan Tinggi Natrium, Pantangan Penderita Hipertensi | Sosok Pegi Pelaku Pembunuhan Vina

Tren
8 Golden Rules JKT48 yang Harus Dipatuhi, Melanggar Bisa Dikeluarkan

8 Golden Rules JKT48 yang Harus Dipatuhi, Melanggar Bisa Dikeluarkan

Tren
Saat Prabowo Ubah Nama Program Makan Siang Gratis Jadi Makan Bergizi Gratis untuk Anak-anak...

Saat Prabowo Ubah Nama Program Makan Siang Gratis Jadi Makan Bergizi Gratis untuk Anak-anak...

Tren
Microsleep Diduga Pemicu Kecelakaan Bus SMP PGRI 1 Wonosari, Apa Itu?

Microsleep Diduga Pemicu Kecelakaan Bus SMP PGRI 1 Wonosari, Apa Itu?

Tren
Ilmuwan Temukan Kemungkinan Asal-usul Medan Magnet Matahari, Berbeda dari Perkiraan

Ilmuwan Temukan Kemungkinan Asal-usul Medan Magnet Matahari, Berbeda dari Perkiraan

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com