Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Cara Turki Atasi Virus Corona: Terjunkan 6.000 Tim Pelacak Setiap Hari

KOMPAS.com - Dengan menggunakan alat pelindung diri (APD), dua dokter menaiki tangga untuk menguji seorang wanita yang telah melakukan kontak dengan pasien virus corona di Istanbul.

Meski tampak terganggu dengan penampilan pria berbaju APD lengkap, penduduk di distrik Fatih menjawab pertanyaan mereka sebelum diuji.

Ia kemudian akan mendapat hasilnya pada hari berikutnya.

Di Turki, hampir 6.000 tim pelacak yang berasal dari profesional kesehatan diterjunkan untuk melacak kasus Covid-19 potensial setiap harinya, seperti dikutip dari AFP, Sabtu (9/5/2020).

Mereka mengidentifikasi dan menindaklanjuti orang-orang yang telah melakukan kontak dengan pasien.

Dengan menemukan kasus-kasus baru yang kemudian dengan cepat diisolasi dan dirawat, Pemerintah Turki menyebut pelacakan itu telah banyak membantu mereka dalam menahan dan membatasi jumlah kematian akibat virus corona.

Meski beberapa pengamat mempertanyakan kebenaran angka resmi yang dikeluarkan oleh pemerintah, angka kematian di Turki bahkan relatif rendah dengn 3.641 kasus mengingat jumlah infeksi di negara itu mencapai 133.700.

Menteri Keseharan Fahrettin Koca percaya bahwa pelacakan adalah kunci utama kesuksesan Turki dalam perang melawan wabah tersebut.

Menurutnya, Setiap proses penelusuran mengindentifikasi rata-rata 4,5 orang yang telah melakukan kontak dengan pasien.

Lebih dari 460.000 orang telah dihubungi oleh tim pelacak di Turki hingga akhir April lalu.

Direktur Lembaga Kesehatan Masyarakat disrik Fatih Melek Nur Aslan mengatakan, para dokter melakukan pekerjaan seperti detektif untuk menemukan kemungkinan kasus.

"Ketika seorang pasien Covid-19 teridentifikasi, kami mencoba menelusuri kembali perjalanan mereka dalam 48 jam terakhir sebelum kemunculan gejala pertama hingga saat mereka dites positif," kata Aslan kepada AFP.

Para dokter biasanya mendatangi rumah pasien dengan sejumlah pertanyaan: "Kemana mereka pergi?", "Kepada siapa mereka berbicara?", "Apakah mereka memakai masker?"

Tim kemudian menyusun daftar orang-orang yang berpotensi terpapar dan memintanya untuk mengisolasi diri selama 14 hari.

Inilah yang terjadi di Fatih ketika tim pelacak baru saja melakukan pemeriksaan terhadap wanita dengan keluhan migrain dan kelelahan.

Begitu para dokter meninggalkan gedung, mereka melepas APD dan membuangnya ke kantong sampah.

"Jika hasil tes positif, wanita itu akan muncul sebagai kasus yang dikonfirmasi dalam file kami dan akan mengarahkan pada proses penelusuran baru," kata Mustafa Sever salah satu pelacak sekaligus dokter umum.

Peran pelacak juga akan sangat penting dalam menghindari gelombang kedua infeksi ketika Turki tengah bersiap untuk melonggarkan penguncian.

Rencananya, negara itu akan membuka kembali pusat perbelanjaan dan penata rambut mulai Senin (11/5/2020).

Tak seperti banyak negara yang menganggap pelacakan semacam itu berpotensi membuka data pasien, Turki memulai cara tersebut untuk menanggulangi pandemi sejak awal.

Menurut Aslan, pihak yang memiliki akses ke data yang dikumpulkan hanyalah tim pelacak.

Pelacakan bukan hal baru di Turki. Langkah serupa juga telah dilakukan ketika campak menyerang Istanbul.

Para pelacak juga bergantung pada dokter keluarga yang secara teratur menghubungi pasien untuk menanyakan kondisi kesehatan mereka dan memastikan telah menghormati tindakan penguncian.

Di Istanbul saja, 1.200 tim yang terdiri dari dua hingga empat pelacak terus melacak kasus-kasus baru yang potensial.

Selain upaya pelacakan, mereka juga memberikan saran tentang cara agar tidak menularkan ke orang lain dan meyakinkan orang yang telah mereka kunjungi.

"Ketika kita pergi ke rumah warga, mereka melihat seseorang merawat mereka dan menunjukkan bahwa mereka tidak diabaikan," kata Sever.

"Jika mereka khawatir, kita akan sedikit berbicara dengan mereka untuk meyakinkan mereka," imbuhnya.

https://www.kompas.com/tren/read/2020/05/10/093500765/cara-turki-atasi-virus-corona--terjunkan-6.000-tim-pelacak-setiap-hari

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke