Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Viral Gambar Awan Mirip Lafal Allah Saat Supermoon, Berikut Penjelasannya...

Kompas.com - 09/05/2020, 21:47 WIB
Luthfia Ayu Azanella,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Media sosial Tanah Air diramaikan dengan sebuah foto yang menunjukkan adanya awan yang disebut menyerupai lafaz Allah saat bukan purnama.

Dari keterangan yang disampaikan banyak netizen pada kolom komentar salah satu unggahan di Instagram, disebutkan fenomena itu diketahui terjadi pada Jumat (8/5/2020) sekitar pukul 20.00 WIB dari berbagai kota.

Waktu itu bertepatan dengan jatuhnya pertengahan bulan Ramadhan kali ini. Sehingga banyak juga netizen yang memaknainya sebagai pertanda baik. Salah satu postingan juga diunggah di akun Instagram artis Teuku Wisnu. 

Baca juga: New Normal Life, Hidup Berdamai dengan Covid sampai Vaksin Ditemukan

Sebelumnya dalam beberapa kesempatan, penampakan awan yang diasosiasikan dengan berbagai bentuk sudah sering terjadi. Misalnya menyerupai tokoh wayang, wajah seseorang, tangan, dan sebagainya, kerap ramai diperbincangkan masyarakat.

Mengenai kondisi tersebut, peneliti Pusat Sains dan Teknologi Atmosfer (PSTA) Lembaga Antariksa dan Penerbangan Nasional (Lapan) Erma Yulihastin memberikan penjelasannya secara ilmiah.

Erma tidak menampik memang terkadang bentuk awan menyerupai suatu benda yang dikenal oleh manusia, sehingga dipersepsikan sedemikian rupa.

Baca juga: Berikut Ini 7 Negara yang Telah Melalui Masa Puncak Pandemi Corona

Gabungan berbagai jenis awan

Namun, dia menyebut bentuk awan yang unik itu merupakan gabungan dari berbagai jenis awan yang ada di lapisan atmosfer Bumi.

"Ya memang benar sih bentuk-bentuk itu kenapa bisa direpresentasikan macam-macam, karena memang awan itu sendiri merupakan gabungan dari berbagai tipe, sehingga dia bisa menciptakan kombinasi-kombinasi secara visual yang mirip dengan es krim, unicorn dsb," jelas Erma saat dihubungi Sabtu (9/5/2020).

Dia pun mengakui, hal yang sama, mengasosiasikan bentuk awan juga digunakan oleh para ilmuwan untuk mengidentifikasi jenis dari awan tersebut.

Misalnya ada awan yang disebut memiliki bentuk seperti kapas, bunga kol, biri-biri, topi, dan lain sebagainya.

"Memang dia berubah-ubah bentuk di atmosfer, karena atmosfer perubahannya cepat. Ya bisa saja bentuknya seperti yang dipersepsi banyak orang. Walaupun itu subyektif," kata Erma.

Erma mengatakan melihat makna atau arti di balik keberadaan awan itu tidak didasarkan pada bentuk yang diwujudkan, namun lebih kepada dengan mengetahui jenis apakah awan tersebut.

Karena berbeda jenis awan memiliki arti yang berbeda pula berdasarkan ilmu pengetahuan.

Berikut ini jenis-jenis awan yang diketahui dan telah teridentifikasi serta penjelasan yang bisa dipelajari.

Baca juga: Riset Dosen Unair: Pandemi Corona Indonesia Mereda Awal Agustus

Berdasarkan ketinggian

Berdasarkan ketinggiannya, awan dibedakan menjadi 3 jenis yakni awan tinggi, awan menengah, dan awan rendah.

Nah, apa saja jenis-jenis awan tersebut. berikut ini penjelasannya.

Awan tinggi berada di ketinggian antara 4-13 kilometer dari permukaan Bumi. Ketinggian itu juga menjadi ketinggian biasanya pesawat komersil mengudara.

Ciri-cirinya memiliki warna yang sangat putih karena banyaknya kandungan partikel atau kristal es di dalamnya.

"Intinya adalah awan tinggi itu kaya dengan es, tapi bukan air. Artinya dia bukan awan yang siap menjadi hujan, tetapi awan-awan es," ujar Erma.

Baca juga: Dianjurkan Menunda Kehamilan Selama Masa Pandemi, Berikut Penjelasannya...

Ada 3 jenis awan yang masuk dalam kelompok awan tinggi:

1. Cirrus

Awan ini tidak menghalangi sinar matahari, artinya sinar matahari bisa tembus, karena awan transparan.

"Nah bentuknya itu ringan seperti serabut-serabut kelapa, itu kalau yang Cirrus. Di kita jarang, adanya awan ini di musim kemarau. Kemarau kan minim awannya, kita bisa lihat di langit, pertanda dari musim kemarau itu awan-awannya sudah bentuk Cirrocumulus dan Cirrus," kaya Erma.

Dengan melihat awan tinggi, Erma menyebut kita bisa mengidentifikasi apa yang akan terjadi dengan cuaca. Bisa juga diartikan sebagai petunjuk akan adanya perubaha cuaca dalam waktu 24 jam.

2. Cirrostratus

Ciri-ciri awan ini meyerupai lembaran yang rata menutupi atmosfer, tetapi warnanya biru.

3. Cirrocumulus

Yang ketiga, adalah Cirrocumulus yang menyerupai kapas yang bergerombol atau juga menyerupai biri-biri dalam jumlah banyak, persebarannya juga rata.

"Kalau Cirrocumulus bisa menandakan ada badai tropis di wilayah yang tropis. Walaupun kalau ada Cirrocumulus berarti cuacanya masih cerah," sebut Erma.

Keberadaan awan jenis ini perlu diwaspadai, karena menjadi penanda akan adanya badai dalam waktu 12-24 jam ke depan. Namun, ini kebanyakan terjadi di negara yang memiliki 4 musim, tidak untuk Indonesia.

Baca juga: BKKBN Memprediksi Angka Kehamilan Melonjak Selama Pandemi Corona, Ini Alasannya...

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Penjelasan Pertamina soal Pegawai SPBU Diduga Intip Toilet Wanita

Penjelasan Pertamina soal Pegawai SPBU Diduga Intip Toilet Wanita

Tren
Kelas BPJS Kesehatan Dihapus Diganti KRIS Maksimal 30 Juni 2025, Berapa Iurannya?

Kelas BPJS Kesehatan Dihapus Diganti KRIS Maksimal 30 Juni 2025, Berapa Iurannya?

Tren
Penjelasan Polisi dan Dinas Perhubungan soal Parkir Liar di Masjid Istiqlal Bertarif Rp 150.000

Penjelasan Polisi dan Dinas Perhubungan soal Parkir Liar di Masjid Istiqlal Bertarif Rp 150.000

Tren
Apa yang Terjadi jika BPJS Kesehatan Tidak Aktif Saat Membuat SKCK?

Apa yang Terjadi jika BPJS Kesehatan Tidak Aktif Saat Membuat SKCK?

Tren
Uji Coba Implan Otak Neuralink Pertama untuk Manusia Alami Masalah, Ini Penyebabnya

Uji Coba Implan Otak Neuralink Pertama untuk Manusia Alami Masalah, Ini Penyebabnya

Tren
BPOM Rilis 76 Obat Tradisional Tidak Memenuhi Syarat dan BKO, Ini Daftarnya

BPOM Rilis 76 Obat Tradisional Tidak Memenuhi Syarat dan BKO, Ini Daftarnya

Tren
Update Banjir Sumbar: Korban Meninggal 41 Orang, Akses Jalan Terputus

Update Banjir Sumbar: Korban Meninggal 41 Orang, Akses Jalan Terputus

Tren
Ini Penyebab Banjir Bandang Landa Sumatera Barat, 41 Orang Dilaporkan Meninggal

Ini Penyebab Banjir Bandang Landa Sumatera Barat, 41 Orang Dilaporkan Meninggal

Tren
Gara-gara Mengantuk, Pendaki Gunung Andong Terpeleset dan Masuk Jurang

Gara-gara Mengantuk, Pendaki Gunung Andong Terpeleset dan Masuk Jurang

Tren
Badai Matahari Mei 2024 Jadi yang Terkuat dalam 20 Tahun Terakhir, Apa Saja Dampaknya?

Badai Matahari Mei 2024 Jadi yang Terkuat dalam 20 Tahun Terakhir, Apa Saja Dampaknya?

Tren
5 Temuan Polisi soal Kondisi Bus yang Kecelakaan di Subang, Bekas AKDP hingga Rangka Berubah

5 Temuan Polisi soal Kondisi Bus yang Kecelakaan di Subang, Bekas AKDP hingga Rangka Berubah

Tren
Nilai Tes Online Rekrutmen BUMN Tiba-tiba Turun di Bawah Standar, Ini Kronologinya

Nilai Tes Online Rekrutmen BUMN Tiba-tiba Turun di Bawah Standar, Ini Kronologinya

Tren
Pakai Cobek dan Ulekan Batu Disebut Picu Batu Ginjal, Ini Faktanya

Pakai Cobek dan Ulekan Batu Disebut Picu Batu Ginjal, Ini Faktanya

Tren
7 Pilihan Ikan Tinggi Zat Besi, Hindari Kurang Darah pada Remaja Putri

7 Pilihan Ikan Tinggi Zat Besi, Hindari Kurang Darah pada Remaja Putri

Tren
Pendaftaran CPNS 2024: Link SSCASN, Jadwal, dan Formasinya

Pendaftaran CPNS 2024: Link SSCASN, Jadwal, dan Formasinya

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com