Tim kemudian menyusun daftar orang-orang yang berpotensi terpapar dan memintanya untuk mengisolasi diri selama 14 hari.
Inilah yang terjadi di Fatih ketika tim pelacak baru saja melakukan pemeriksaan terhadap wanita dengan keluhan migrain dan kelelahan.
Begitu para dokter meninggalkan gedung, mereka melepas APD dan membuangnya ke kantong sampah.
"Jika hasil tes positif, wanita itu akan muncul sebagai kasus yang dikonfirmasi dalam file kami dan akan mengarahkan pada proses penelusuran baru," kata Mustafa Sever salah satu pelacak sekaligus dokter umum.
Baca juga: Peringatan WHO, Infeksi Covid-19 untuk Kedua Kalinya dan Sistem Kekebalan Tubuh...
Peran pelacak juga akan sangat penting dalam menghindari gelombang kedua infeksi ketika Turki tengah bersiap untuk melonggarkan penguncian.
Rencananya, negara itu akan membuka kembali pusat perbelanjaan dan penata rambut mulai Senin (11/5/2020).
Tak seperti banyak negara yang menganggap pelacakan semacam itu berpotensi membuka data pasien, Turki memulai cara tersebut untuk menanggulangi pandemi sejak awal.
Menurut Aslan, pihak yang memiliki akses ke data yang dikumpulkan hanyalah tim pelacak.
Pelacakan bukan hal baru di Turki. Langkah serupa juga telah dilakukan ketika campak menyerang Istanbul.
Baca juga: Virus Corona, SARS, dan MERS, Manakah yang Paling Berbahaya?
Para pelacak juga bergantung pada dokter keluarga yang secara teratur menghubungi pasien untuk menanyakan kondisi kesehatan mereka dan memastikan telah menghormati tindakan penguncian.
Di Istanbul saja, 1.200 tim yang terdiri dari dua hingga empat pelacak terus melacak kasus-kasus baru yang potensial.
Selain upaya pelacakan, mereka juga memberikan saran tentang cara agar tidak menularkan ke orang lain dan meyakinkan orang yang telah mereka kunjungi.
"Ketika kita pergi ke rumah warga, mereka melihat seseorang merawat mereka dan menunjukkan bahwa mereka tidak diabaikan," kata Sever.
"Jika mereka khawatir, kita akan sedikit berbicara dengan mereka untuk meyakinkan mereka," imbuhnya.
Baca juga: Update Corona di Dunia 9 Mei: 4 Juta Orang Terinfeksi, Kekhawatiran WHO soal Minuman Anti-corona