Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sampai Kapan Merapi Akan Terus Erupsi?

Kompas.com - 18/11/2019, 06:32 WIB
Luthfia Ayu Azanella,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Gunung Merapi yang terletak di perbatasan Jawa Tengah dan DIY masih terus mengalami erupsi dan berstatus waspada sejak 21 Mei 2018.

Terakhir, gunung setinggi 2.930 meter di atas permukaan laut itu terlihat mengeluarkan abu Minggu (17/11/2019) pagi sekitar pukul 10.46 WIB.

Tidak ada satupun pihak yang mengetahui kapan Gunung Merapi akan benar-benar berhenti meletus, termasuk Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG).

Kepala BPPTKG Hanik Humaida mengatakan pihaknya hanya bisa memantau dan tidak mengetahui kapan aktivitas vulkanik Merapi akan benar-benar berhenti.

"Tidak bisa ditentukan sampai kapan berhenti. Yang pasti kita pantau terus dan data-data kita informasikan secara menerus," kata Humaida saat dihubungi Kompas.com, Minggu (17/11/2019) petang.

Humaida menjelaskan, erupsi dan aktivitas berkepanjangan yang saat ini terjadi pada Merapi disebabkan karena kecilnya suplai magma di dalam perut gunung.

"Lamanya letusan karena suplai magmanya kecil. Proses erupsi ditentukan oleh kompisisi magmanya, baik kandungan utama misal Si-nya maupun gasnya," jelas dia.

Itulah mengapa, terkadang kita menjumpai sebuah gunung berapi meletus dalam skala besar namun hanya sekali waktu, ada juga yang seperti Merapi, perlahan tapi memakan waktu yang panjang.

"Yang perlu dicatat bahwa Merapi mempunyai banyak karakter erupsi dan saat ini adalah erupsi kecil," ucap Humaida.

Baca juga: Meski Meletus dan Berstatus Waspada, Merapi Masih Mandaliem

Abu Vulkanik

Letusan Merapi pagi tadi menyebabkan dua desa di Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah dihujani abu vulkanik.

Menurut Humaida, pergerakan hujan abu vulkanik tergantung dari angin dan ketinggian kolom letusan. Pasalnya saat letusan terjadi angin bertiup ke arah barat, sehingga kawasan Sleman dan Yogyakarta cenderung aman dari sergapan debu.

Selain itu, kondisi gunung masih ada dalam status waspada level 2.

Masyarakat pun diminta untuk mengosongkan dan tidak beraktivitas di area radius 3 kilometer dari puncak gunung.

Hal itu dilakukan untuk menghindari risiko terjangan awan panas yang bisa terjadi sewaktu-waktu di area itu.

 Baca juga: Keluarkan Awan Panas, Ini Letusan-Letusan Besar yang Pernah Terjadi di Merapi

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Kuning Telur Direbus hingga Keabuan Disebut Tidak Sehat, Benarkah?

Kuning Telur Direbus hingga Keabuan Disebut Tidak Sehat, Benarkah?

Tren
Presiden Iran Meninggal, Apa Pengaruhnya bagi Geopolitik Dunia?

Presiden Iran Meninggal, Apa Pengaruhnya bagi Geopolitik Dunia?

Tren
Tanda Seseorang Kemungkinan Psikopat, Salah Satunya dari Gerakan Kepala

Tanda Seseorang Kemungkinan Psikopat, Salah Satunya dari Gerakan Kepala

Tren
5 Pillihan Ikan untuk Usia 40 Tahun ke Atas, Bantu Tubuh Lebih Sehat

5 Pillihan Ikan untuk Usia 40 Tahun ke Atas, Bantu Tubuh Lebih Sehat

Tren
Apakah Masyarakat yang Tidak Memiliki NPWP Tak Perlu Membayar Pajak?

Apakah Masyarakat yang Tidak Memiliki NPWP Tak Perlu Membayar Pajak?

Tren
BMKG: Inilah Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 21-22 Mei 2024

BMKG: Inilah Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 21-22 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] Kasus Covid-19 di Singapura Naik Hampir Dua Kali Lipat | Ayah dan Anak Berlayar Menuju Tempat Terpencil di Dunia

[POPULER TREN] Kasus Covid-19 di Singapura Naik Hampir Dua Kali Lipat | Ayah dan Anak Berlayar Menuju Tempat Terpencil di Dunia

Tren
Apa Perbedaan Presiden dan Pemimpin Tertinggi di Iran?

Apa Perbedaan Presiden dan Pemimpin Tertinggi di Iran?

Tren
Jadwal dan Susunan Peringatan Waisak 2024 di Borobudur, Ada Festival Lampion

Jadwal dan Susunan Peringatan Waisak 2024 di Borobudur, Ada Festival Lampion

Tren
Berkaca dari Kasus Wanita Diteror Teman Sekolah di Surabaya, Apakah Stalker atau Penguntit Bisa Dipidana?

Berkaca dari Kasus Wanita Diteror Teman Sekolah di Surabaya, Apakah Stalker atau Penguntit Bisa Dipidana?

Tren
Studi Ungkap Obesitas pada Anak Bisa Kurangi Setengah Harapan Hidupnya

Studi Ungkap Obesitas pada Anak Bisa Kurangi Setengah Harapan Hidupnya

Tren
Presiden Iran Ebrahim Raisi Meninggal karena Kecelakaan Helikopter, Siapa Penggantinya?

Presiden Iran Ebrahim Raisi Meninggal karena Kecelakaan Helikopter, Siapa Penggantinya?

Tren
Cara Menambahkan Alamat Rumah di Google Maps, Bisa lewat HP

Cara Menambahkan Alamat Rumah di Google Maps, Bisa lewat HP

Tren
3 Idol Kpop yang Tersandung Skandal Burning Sun

3 Idol Kpop yang Tersandung Skandal Burning Sun

Tren
Spesifikasi Helikopter Bell 212 yang Jatuh Saat Membawa Presiden Iran

Spesifikasi Helikopter Bell 212 yang Jatuh Saat Membawa Presiden Iran

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com