Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ramai soal Pabrik Tahu yang Gunakan Sampah Plastik, Ternyata Sampahnya dari Limbah Impor

Kompas.com - 17/11/2019, 15:33 WIB
Rosiana Haryanti,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Sebuah artikel dari New York Times mengabarkan adanya bahaya pada produk tahu dan telur ayam yang diproduksi di Desa Tropodo dan Desa Bangun di Jawa Timur.

Dalam artikel ini, disebutkan, terdapat 30 pabrik tahu yang menggunakan sampah plastik sebagai bahan bakar. Dikhawatirkan, bahan bakar yang digunakan dapat menimbulkan konsekuensi racun.

Artikel New York Times tersebut bersumber dari studi yang dilakukan oleh organisasi non-profit International Pollutans Elimination Network (IPEN).

Dalam laporan berjudul Plastic Waste Poisons Indonesia's Food Chain atau Sampah Plastik Meraacuni Rantai Makanan Indonesia tersebut, IPEN menemukan adanya kandungan polutan berbahaya pada telur ayam yang diproduksi di Desa Bangun, termasuk dioxin.

Polutan ini dikenal karena bisa menyebabkan penyakit kanker, Parkinson, hingga cacat saat lahir.

Selain itu, ada pula kandungan polychlorinated biphenyls (PCBs), polybrominated diphenyl ethers (PBDEs), short-chain chlorinated paraffins (SCCPs), dan perfluorooctane sulfonate (PFOS).

Baca juga: Di Balik Impor Sampah Plastik Berkedok Bahan Baku Industri

Awal mula adanya polutan

Laporan itu menyebutkan awal mula polutan yang ada di kedua desa tersebut bermula saat negara-negara Barat melakukan penyortiran sampah untuk didaur ulang.

Sampah-sampah yang dikumpulkan kemudian diekspor ke beberapa negara. Setelah China menutup keran impor terhadap sampah plastik, Asia Tenggara menjadi tujuan selanjutnya.

Data UN Comtrade memperlihatkan, pada tahun 2018 saja, volume sampah plastik yang diimpor oleh Indonesia meningkat dua kali lipat menjadi 320.000 ton dibanding tahun sebelumnya.

Adapun lima besar negara yang mengekspor sampah plastik ke Indonesia pada tahun 2018 adalah Australia, Jerman, Kepulauan Marshall, Belanda, serta AS.

Timbunan sampah plastik di negeri ini bukan hanya bersumber dari impor, namun juga produksi di dalam negeri. Bahkan setiap tahun, Indonesia menghasilkan 9 juta ton sampah plastik.

Baca juga: Indonesia Jadi Tujuan Ekspor Sampah Plastik Negara Maju? Ini Bahayanya

Warga memilah tumpukan sampah plastik impor di halaman rumahnya di Desa Bangun di Mojokerto, Jawa Timur, Rabu (19/6/2019). Berdasarkan data Lembaga Kajian Ekologi dan Konservasi Lahan Basah Ecoton, masuknya sampah dengan merk dan lokasi jual di luar Indonesia, diduga akibat kebijakan China menghentikan impor sampah plastik dari sejumlah negara di Uni Eropa dan Amerika yang mengakibatkan sampah plastik beralih tujuan ke negara-negara di ASEAN.ANTARA FOTO/ZABUR KARURU Warga memilah tumpukan sampah plastik impor di halaman rumahnya di Desa Bangun di Mojokerto, Jawa Timur, Rabu (19/6/2019). Berdasarkan data Lembaga Kajian Ekologi dan Konservasi Lahan Basah Ecoton, masuknya sampah dengan merk dan lokasi jual di luar Indonesia, diduga akibat kebijakan China menghentikan impor sampah plastik dari sejumlah negara di Uni Eropa dan Amerika yang mengakibatkan sampah plastik beralih tujuan ke negara-negara di ASEAN.
Sampah berakhir di Jawa Timur

Berakhirnya sampah plastik di kedua desa tersebut bersumber dari adanya perusahaan produksi dan daur ulang kertas di Jawa Timur.

IPEN menyebut, ada 9 perusahaan yang menggunakan 4 juta ton kertas skrap per tahun sebagai bahan baku pembuatan lembaran kertas baru.

Dari jumlah tersebut sekitar 63 persen kertas skrap bersumber dari sumber lokal. Adapun sekitar 37 persen atau 1,5 juta ton kertas skrap merupakan hasil impor.

IPEN juga menggrisbawahi, selama tiga tahun terakhir, jumlah impor kertas skrap meningkat hingga 60-70 persen.

Halaman:

Terkini Lainnya

Mengapa Suhu Dingin Justru Datang Saat Kemarau? Ini Penjelasan BMKG

Mengapa Suhu Dingin Justru Datang Saat Kemarau? Ini Penjelasan BMKG

Tren
Prakiraan BMKG: Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 8-9 Mei 2024

Prakiraan BMKG: Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 8-9 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] Minum Kopi Sebelum Makan, Apa Efeknya? | Cabut Gigi Berakhir Meninggal Dunia

[POPULER TREN] Minum Kopi Sebelum Makan, Apa Efeknya? | Cabut Gigi Berakhir Meninggal Dunia

Tren
Ketahui, Ini Masing-masing Manfaat Vitamin B1, B2, hingga B12

Ketahui, Ini Masing-masing Manfaat Vitamin B1, B2, hingga B12

Tren
Uni Eropa Segera Larang Retinol Dosis Tinggi di Produk Kecantikan

Uni Eropa Segera Larang Retinol Dosis Tinggi di Produk Kecantikan

Tren
Hamas Terima Usulan Gencatan Senjata, Israel Justru Serang Rafah

Hamas Terima Usulan Gencatan Senjata, Israel Justru Serang Rafah

Tren
Pengakuan TikToker Bima Yudho Dapat Tawaran Endorse Bea Cukai, DBC: Tak Pernah Ajak Kerja Sama

Pengakuan TikToker Bima Yudho Dapat Tawaran Endorse Bea Cukai, DBC: Tak Pernah Ajak Kerja Sama

Tren
Mengenal Rafah, Tempat Perlindungan Terakhir Warga Gaza yang Terancam Diserang Israel

Mengenal Rafah, Tempat Perlindungan Terakhir Warga Gaza yang Terancam Diserang Israel

Tren
Fortuner Polda Jabar Tabrak Elf Picu Kecelakaan di Tol MBZ, Pengemudi Diperiksa Propam

Fortuner Polda Jabar Tabrak Elf Picu Kecelakaan di Tol MBZ, Pengemudi Diperiksa Propam

Tren
Alasan Polda Metro Jaya Kini Kirim Surat Tilang via WhatsApp

Alasan Polda Metro Jaya Kini Kirim Surat Tilang via WhatsApp

Tren
UPDATE Identitas Korban Meninggal Tabrakan KA Pandalungan Vs Mobil di Pasuruan, Berasal dari Ponpes Sidogiri

UPDATE Identitas Korban Meninggal Tabrakan KA Pandalungan Vs Mobil di Pasuruan, Berasal dari Ponpes Sidogiri

Tren
Salinan Putusan Cerai Ria Ricis Beredar di Medsos, Bagaimana Aturan Publikasi Dokumen Perceraian?

Salinan Putusan Cerai Ria Ricis Beredar di Medsos, Bagaimana Aturan Publikasi Dokumen Perceraian?

Tren
Spyware Mata-mata asal Israel Diduga Dijual ke Indonesia

Spyware Mata-mata asal Israel Diduga Dijual ke Indonesia

Tren
Idap Penyakit Langka, Seorang Wanita di China Punya Testis dan Kromosom Pria

Idap Penyakit Langka, Seorang Wanita di China Punya Testis dan Kromosom Pria

Tren
Ribuan Kupu-kupu Serbu Kantor Polres Mentawai, Fenomena Apa?

Ribuan Kupu-kupu Serbu Kantor Polres Mentawai, Fenomena Apa?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com