Temuan ini juga menunjukkan jika impor kertas skrap juga menjadi jalan masuk untuk membuang sampah plastik.
Adapun bahan-bahan tersebut diimpor dari beberapa negara, terutama Australia, Kanada, Irlandia, Italia, Selandia Baru, Inggris Raya, dan AS.
"Sampah plastik yang tidak diinginkan lalu dibeli oleh para broker, pedaur ulang kecil, atau 'disumbangkan’ kepada komunitas sebagai bagian dari program pengembangan komunitas dari pabrik kertas," tulis IPEN.
Sampah-sampah plastik berkualitas rendah itu kemudian berakhir di penimbunan terbuka atau open dumps, pabrik tahu, pabrik kapur, atau tempat-tempat di mana masyarakat membakar plastik sebagai bahan bakar.
Dua desa yakni, Tropodo dan Bangun, merupakan wilayah yang terdampak dari aktivitas tersebut.
Kedua tempat ini setiap hari menerima 50 ton plastik berkualitas rendah.
Bahkan di Tropodo, terdapat 50 pabrik tahu yang menggunakan sampah plastik sebagai bahan bakar. Sementara di Desa Bangun, sampah plastik yang ada ditimbun lalu dibakar di area terbuka.
Akibatnya, telur dan ayam di kedua desa itu tercemar polutan. Bahkan kandungan dioxin pada telur yang dihasilkan di Desa Tropodo hampir sama dengan konsentrasi tertinggi dioksin yang diambil dari situs Bien Hoa di Vietnam.
Tempat ini merupakan bekas pangkalan udara Amerika Serikat (AS) saat Perang Vietnam.
Kala itu, AS menyemprotkan herbisida ke tanaman milik Viet Cong. Salah satu kandungan dalam zat tersebut adalah dioxin.
Bukan itu saja, ayam yang diambil dari tempat penimbunan sampah di Desa Bangun terkontaminasi oleh PFOS dengan konsentrasi yang setara dengan kawasan industri di Eropa.
Baca juga: Hati-hati Teh Celup Plastik, Ini Bahayanya...
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.