Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sejarah Kerajaan Tolitoli di Sulawesi

Kompas.com - 15/06/2023, 08:00 WIB
Susanto Jumaidi,
Nibras Nada Nailufar

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Kerajaan Tolitoli merupakan sebuah kekuasaan yang berdiri di Sulawesi Tengah.

Nama kerajaan ini bahkan diadopsi menjadi nama sebuah kabupaten di Sulawesi Tengah, yaitu Kabupaten Tolitoli.

Sistem pemerintahan kerajaan ini masih berlangsung hingga pascakemerdekaan Indonesia. Berikut adalah ulasan tentang Kerajaan Tolitoli.

Baca juga: Kerajaan Islam di Sulawesi

Sebelum Kedatangan Belanda

Tidak dapat dipastikan kapan kali pertama Kerajaan Tolitoli berdiri. Namun menurut beberapa catatan sejarah, paling tidak sejak sebelum kedatangan Bangsa Eropa.

Sebelum dikenal dengan nama Kerajaan Tolitoli, kerajaan ini memiliki nama Totolu, kemudian pada 1858 berganti menjadi Tontoli, lalu 1918 berubah lagi menjadi Kesultanan Tolitoli.

Baca juga: 4 Kerajaan Islam di Sulawesi, Salah Satunya Kerajaan Gowa

Meskipun dikenal sebagai kerajaan Islam, pada mulanya kekuasaan ini bukanlah bercorak Islam. Islam mulai dianut tatkala seorang mubaligh datang dari Ternate.

Kedatangan mubaligh dalam ihwal islamisasi ini juga semakin mempererat jalinan antara Kesultanan Tolitoli dengan Kesultanan Ternate.

Tolitoli berada dalam wilayah kekuasaan Kesultanan Ternate.

Baca juga: Kerajaan Ternate: Sejarah, Letak, Masa Kejayaan, dan Peninggalan

Sejak masuknya Tolitoli menjadi bagian dari Ternate, pelantikan dan pengangkatan raja di Kesultanan Tolitoli dilaksanakan di Ternate.

Adanya hubungan antara Tolitoli dan Ternate juga melahirkan sebuah gelar baru bagi raja Tolitoli, yaitu Tamadikanilantik yang selanjutnya disebut Sultan.

Setelah Kedatangan Belanda

Belanda menginjakkan kakinya di Kerajaan Tolitoli pada tahun 1856 ketika Tolitoli dipimpin oleh Raja Bantilan Syafiuddin (1859 -1867).

Sejak kedatangan Belanda hingga datangnya Jepang, tercatat ada lima kali pergantian raja di Kesultanan Tolitoli.

Hubungan antara Tolitoli dan Belanda di fase awal dapat dikatakan berjalan baik dan damai, bahkan keduanya melakukan kontrak perjanjian.

Baca juga: Isi Perjanjian Bongaya dan Latar Belakangnya

Hubungan keduanya mulai memburuk sejak kepemimpinan Tolitoli dipegang oleh Raja Haji Ismail Bantilan (1908-1918) hingga Raja Haji Muhammad Saleh Bantilan (1920-1922).

Dalam perkembangannya, hubungan antara Tolitoli semakin memburuk dan terjadi beberapa kali upaya pemberontakan oleh rakyat Tolitoli. Salah satunya Pemberontakan Salumpaga tahun 1919.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com