Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

DNA Kuno Berusia 1 Juta Tahun Ditemukan di Antartika

Kompas.com - 11/10/2022, 11:05 WIB
Monika Novena,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Para ilmuwan menemukan fragmen DNA yang berasal dari 1 juta tahun yang lalu. DNA kuno itu ditemukan di bawah dasar laut Scotia, utara Antartika.

Temuan ini pun menjadi hal yang berharga, karena dapat memetakan sejarah wilayah tersebut, termasuk memetakan apa yang telah hidup di lautan dan dalam rentang waktu seperti apa.

Mengutip Science Alert, Senin (10/10/2022) fragmen DNA kuno itu secara teknis disebut sebagai sedaDNA atau DNA purba sedimen.

Baca juga: Bukan Hanya untuk Mengecek Garis Keturunan, Tes DNA Bisa Prediksi Risiko Penyakit

"Ini merupakan sedaDNA laut tertua yang terautentikasi hingga sekarang," kata ahli ekologi kelautan Linda Armbrecht dari University of Tasmania di Australia.

Itu mengapa peneliti menyebut sampel yang ditemukan, kemungkinan dapat berguna dalam upaya untuk memahami bagaimana perubahan iklim dapat memengaruhi Antartika di masa depan.

SedaDNA ditemukan di banyak lingkungan, termasuk gua terestrial dan permafrost subarktik, yang telah menghasilkan sedaDNA masing-masing sejak 400.000 dan 650.000 tahun.

Suhu dingin, oksigen rendah, dan kurangnya radiasi UV membuat lingkungan laut kutub seperti Laut Scotia menjadi lokasi yang bagus untuk sedaDNA tetap utuh dan menunggu peneliti untuk menemukannya.

Setelah penemuan, DNA yang dipulihkan kemudian diekstraksi dari dasar laut dan melalui proses kontrol kontaminasi yang komprehensif, untuk memastikan bahwa penanda umur akurat.

Tim juga menemukan diatom atau organisasi bersel tunggal yang berasal dari 540.000 tahun yang lalu.

Ini semua membantu untuk menginformasikan gambaran, tentang bagaimana bagian dunia berkembang selama rentang waktu yang luas.

Menurut peneliti, kelimpahan diatom di periode yang lebih hangat di Laut Scotia sekitar 14.500 tahun yang lalu menyebabkan peningkatan aktivitas kehidupan secara menyeluruh di wilayah Antartika.

"Ini adalah perubahan yang menarik dan penting terkait dengan peningkatan permukaan laut di seluruh dunia dan hilangnya es besar-besaran di Antartika, karena pemanasan alami," ungkap ahli geologi Michael Weber dari Universitas Bonn di Jerman.

Baca juga: Ada Ribuan Jejak DNA Invertebrata di Secangkir Teh, Studi Tunjukkan

Lebih lanjut, studi terbaru ini menjadi bukti bahwa teknik sedaDNA dapat membantu peneliti dalam merekonstruksi ekosistem selama ratusan ribu tahun.

Memahami lebih banyak tentang perubahan iklim masa lalu dan bagaimana ekosistem laut meresponnya, dapat menjadi pemodelan yang lebih akurat terhadap apa yang mungkin terjadi selanjutnya di sekitar Kutub Selatan.

"Antartika adalah salah satu daerah yang paling rentan terhadap perubahan iklim di Bumi dan mempelajari perubahan masa lalu dan saat ini dari ekosistem laut kutub adalah masalah yang mendesak," tulis peneliti dalam makalah mereka.

Penelitian dipublikasikan di Nature Communications.

Baca juga: Ilmuwan Temukan Cicit dari Pemimpin Suku Indian Lewat Tes DNA

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com