KOMPAS.com - Bulan Ramadhan yang di dalamnya terkandung banyak kemuliaan, kini telah meninggalkan kita umat Muslim.
Kendati begitu, masih ada satu ibadah yang dapat dilaksanakan, yakni puasa Syawal.
Puasa Syawal dapat dilaksanakan selama 6 hari di bulan Syawal setelah hari raya Idul Fitri.
Baca juga: Soal Silaturahmi di Hari Raya, Sudah Ada Sejak Zaman Rasulullah hingga Dapat Hapuskan Dosa
Lantas, apa hukum dan keutamaan puasa Syawal?
Menjawab perkara tersebut, Kompas.com menghubungi Kepala Kantor Kementerian Agama Surakarta, Musta'in Ahmad.
Musta'in mengatakan, hukum puasa Syawal adalah sunah mustahab. Artinya sesuatu yang telah dikerjakan oleh Nabi Muhammad satu atau dua kali.
Seperti halnya shalat Dhuha atau melakukan pengobatan dengan menggunaan media bekam, mustahab pada hakikatnya adalah perbuatan yang apabila dikerjakan mendapat pahala, dan apabila tidak dikerjakaan tidak mendapat dosa ataupun siksa.
Kendati hukumnya tidak wajib, puasa Syawal terbilang sayang untuk ditinggalkan karena begitu besar keutamaannya.
Baca juga: Mengenal Apa Itu Zakat Fitrah, Fidyah dan Kafarat...
Beberapa keutamaan dalam melaksanakan puasa Syawal terbilang sangat luar biasa.
sebagaimana yang diterangkan dalam hadis Qudsi, Allah subhanahu wata'ala berfirman:
"Setiap amal manusia adalah untuk dirinya kecuali puasa, ia (puasa) adalah untuk-Ku dan Aku memberi ganjaran dengan (amalan puasa itu)." Kemudian, Rasulullah melanjutkan, "Demi Allah yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya, bau mulut orang yang berpuasa itu lebih harum di sisi Allah dibandingkan wangi minyak kasturi."
Adapun keutaman yang pertama yakni akan mendapat pahala puasa selama setahun penuh.
Hal itu merujuk dari dalil yang sahih:
"Barangsiapa yang telah melaksanakan puasa Ramadhan, kemudian dia mengikutkannya dengan berpuasa selama 6 (enam) hari pada bulan Syawal, maka dia (mendapatkan pahala) sebagaimana orang yang berpuasa selama satu tahun." (HR. Muslim no. 1164).