KOMPAS.com - Bulan Ramadhan tidak terasa berjalan begitu cepat dan akan segera meninggalkan umat Muslim.
Di bulan Ramadhan, terdapat begitu banyak amalan dan pahala yang bisa didapatkan.
Puncak dari ibadah puasa di bulan Ramadhan ialah hari raya kemenangan atau Hari Raya Idul Fitri.
Biasanya, saat Idul Fitri, umat Islam saling memberi dan meminta maaf kepada sanak saudara atau tetangga dengan bersalam-salaman atau bersilaturahmi.
Baca juga: Mengenal Sidang Isbat dan Penentuan Awal Ramadhan, Syawal serta Dzulhijjah
Dalam Buku Saku Sukses Ibadah Ramadhan terbitan Pengurus Pusat Lajnah Ta'lif wan Nasyr Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) tahun 2017, silaturahmi telah ada sejak masa Rasulullah SAW.
Hal itu sebagaimana dijelaskan dalam hadis sebagai berikut:
Aisyah berkata, "Rasulullah masuk padaku, dan di sisiku ada dua anak wanita yang menyanyi dengan nyanyian Perang Bu'ats. Beliau berbaring di atas hamparan dan memalingkan wajah beliau. Abu Bakar masuk, sedang Nabi menutup wajah dengan pakaian beliau, lalu Abu Bakar menghardik saya dan mengatakan, "Seruling setan di rumah Rasulullah?" Lalu Nabi menghadap Abu Bakar lantas bersabda, "Biarkanlah mereka wahai Abu Bakar". Maka, ketika beliau lupa, saya mengisyaratkan kepada kedua anak wanita itu, lalu keduanya keluar." (HR. Bukhari dan Muslim).
Dalam hadis di atas, dijelaskan bahwa pada waktu hari raya, Sayyidina Abu Bakar mengunjungi Rasulullah dan putrinya, Sayyidah Aisyah.
Hal ini menunjukkan bahwa anjang sana atau silaturahmi pada waktu hari raya telah berlangsung sejak masa Rasulullah.
Baca juga: Batalkah Puasanya apabila Kerap Membayangkan Azan Maghrib?
Masih dari sumber yang sama, ucapan selamat hari raya di negeri kita seringkali ada kalimat 'Maaf Lahir Batin' yang konon tidak ditemukan dalam bahasa Arab.
Diawali dengan halal bi halal yang memiliki dasar hadis riwayat al-Bukhari, maka permintaan maaf lahir batin ini juga berdasarkan riwayat Imam Muslim:
Rasulullah bersabda: "Tahukah kalian siapa orang bangkrut?" Sahabat menjawab: "Orang bangkrut di antara kami adalah orang yang tidak punya uang dan tidak memiliki perhiasan". Nabi bersabda: "Orang bangkrut dari umatku adalah orang yang datang di hari kiamat dengan (pahala) shalat, puasa dan zakat. (namun) ia telah mencaci maki si A, menuduh si B, memakan harta milik si C, menumpahkan darah si D dan memukul si E. Maka orang-orang tersebut diberi dari kebaikan-kebaikannya. Jika kebaikannya telah habis sebelum diputuskan kepadanya, maka keburukan orang-orang tersebut (A sampai E) diambilkan dan dilempar kepadanya, lalu ia dilempar ke neraka." (HR Muslim dan al-Tirmidzi).
Kaitan hadis ini dengan maaf lahir batin adalah ketulusan memberi maaf tidak sekedar ucapan, namun hati pun memberi maaf sehingga mereka tidak menuntut kelak di akhirat.
Baca juga: Beragam Hal yang Perlu Diketahui soal Malam Lailatul Qadar
Sementara itu, penceramah Ustaz Maulana mengatakan, di zaman Nabi, silaturahmi sangat dianjurkan terlebih saat Ramadhan karena dapat menghapuskan dosa kepada Allah dan dosa pada diri.
"Tapi kaitannya dosa pada sesama belum terhapus maka diperlukan saling mengunjungi untuk meminta maaf dan memaafkan," kata Ustaz Maulana kepada Kompas.com, Kamis (21/5/2020).
Pada zaman Rasulullah, saat lebaran para sahabat dan Nabi saling bertemu dan mengucap Taqabbalallahu Minna Wa Minkum.
Artinya: "Semoga Allah menerima (puasa dan amal) dari kami dan (puasa dan amal) dari kalian."
Baca juga: Simak, Berikut Tanda-tanda Seseorang Mendapatkan Lailatul Qadar
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.