Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Dr. KH. Abdul Ghofur Maimoen, MA
Rais Syuriah PBNU

Dr. KH. Abdul Ghofur Maimoen, MA adalah Rais Syuriah PBNU, Pengasuh Pondok Pesantren Al Anwar 3 Sarang Rembang, Jawa Tengah, serta Ketua STAI Al Anwar Sarang Rembang.

Lailatul Qadar Ada Pada Diri Kita

Kompas.com - 26/04/2022, 04:05 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

SECARA bahasa, lailatul qadar berarti malam yang agung (al Qadr). Dalam QS. 44: 3, ia disebut sebagai malam yang penuh berkah (lailah mubārakah).

Keagungan malam ini di antaranya terkait dengan keberadaannya sebagai malam pertama diturunkannya Al Quran kepada Nabi Muhammad SAW.

Al Quran memang penuh berkah. Ia diturunkan kepada sebaik nabi, dibawa oleh sebaik malaikat (Jibril), dan diturunkan di sebaik malam (lailatul qadar).

Makna lain dari kata al-qadr adalah ketentuan Allah SWT. Sejumlah ahli tafsir menjelaskan bahwa di malam ini, segala hal yang telah diputuskan oleh Allah selama setahun dibawa dari Al lauḥ al maḥfūẓ untuk disampaikan kepada para malaikat katabah (pencatat ketentuan Allah).

Umat Islam berbondong-bondong mencari lailatul qadar karena dua momen penting ini. Sebagai malam keputusan Tuhan, mereka berharap segala keputusan tentang dirinya adalah hal-hal yang baik semata.

Jika di antara keputusan itu terdapat hal-hal yang kurang menyenangkan, mereka berharap semoga tetap berujung pada kebaikan. Sementara sebagai malam yang mulia, mereka berharap keberkahannya.

Umur umat Muhammad yang disebut rata-rata antara 60—70 tahun, dapat dilipat gandakan kebaikannya melalui lailatul qadar.

Ibadah di malam lailatul qadar setara dengan ibadah seribu bulan dan seribu bulan adalah setara dengan 83,3 tahun.

Yang lebih penting dari itu semua adalah mereka berharap bahwa dengan berjumpa dengan lailatul qadar, keberkahannya akan bersemayam dalam hati.

Kamāluddīn al Qāsyānī mengatakan, lailatul qadar adalah malam di mana seorang sālik (seorang hamba yang sedang berjalan menuju kepada-Nya) mendapatkan bisikan khusus dari-Nya sehingga ia mengerti maqam dan derajat diri di sisi-Nya.

Itu adalah momen awal dia telah sampai pada makrifat atas jadi diri sebagai seorang hamba.

Nama lailatul qadar menurut mufasir asal Tunisia, Ibn Asyur, baru dikenal setelah turunnya Surah Al Qadr yang berbicara mengenai turunnya Al Quran untuk pertama kali.

Itu artinya, momen pertama lailatul qadar adalah turunnya Al Quran, hal yang menunjukkan keagungan Al Quran sehingga waktu pertama turunnya diagungkan sedemikian rupa.

Ini juga sekaligus pelajaran bagi semua muslim, bagaimana seharusnya menjemputnya dan seperti apa dampaknya bagi insan yang menjumpainya.

Imam Al Bukhari menceritakan proses perjumpaan Nabi Muhammad SAW dengan lailatul qadar dalam al Jāmi’ ash Shaḥīḥ-nya.

Mula-mula Nabi Muhammad SAW mengalami mimpi-mimpi yang terang benderang. Semua mimpinya adalah nyata.

Dalam tradisi sufistik dijelaskan, mimpi yang terang lazim dialami oleh mereka yang hatinya bersih. Ini berarti perjumpaan dengan lailatul qadar lazimnya didahului oleh proses pembersihan diri pada hari-hari sebelumnya.

Para salikin mengajari kita agar menyiapkan diri menjemput lailatul qadar jauh-jauh hari, bahkan pada dua bulan sebelumnya, yakni bulan Rajab.

Mereka mengatakan, Rajab adalah bulan menanam, Sya’ban adalah bulan menyirami, dan Ramadhan adalah bulan memanen.

Senada dengan ini, As Sariyy As Saqathiyy, paman sekaligus guru Al Imam Al Junaid Al Baghdādiyy mengatakan bahwa Rajab adalah saatnya pohon mengeluarkan dedaunan, Sya’ban adalah saatnya bercabang, dan Ramadhan adalah saatnya dipanen.

Proses pembersihan diri dicontohkan langsung oleh Rasulullah SAW.

Bunda Aisyah ra. mengatakan, “saya tidak melihat Rasulullah SAW menyempurnakan puasa sebulan penuh selain Ramadhan, dan saya tidak melihat beliau banyak puasanya melibihi puasanya di bulan Sya’ban.”

Habib bin Abi Tsabit mengatakan, beruntung sekali mereka yang membersihkan dirinya sebelum datangnya Ramadhan.

Setelah Rasulullah SAW mengalami berbagai mimpi, beliau kemudian konsentrasi beribadah di Goa Hira yang berada di puncak salah satu gunung di sekeliling kabah.

Beliau, sebagaimana dijelaskan oleh Ibn Hajar, berada di Goa Hira pada bulan Ramadhan.

Ibn Ishaq bahkan meriwayatkan dari Ubaid bin Umair, “Rasulullah pada tahun-tahun sebelumnya telah memiliki kebiasaan untuk beribadah di Goa Hira pada tiap bulan ini. Di sana, beliau memberi makan kepada orang-orang miskin yang datang kepadanya.”

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Ramadhan Sepanjang Tahun

Ramadhan Sepanjang Tahun

Ramadhan
Mengembangkan Diri Melalui Ibadah Ramadhan

Mengembangkan Diri Melalui Ibadah Ramadhan

Ramadhan
Ramadhan Stimulus Kepekaan Sosial

Ramadhan Stimulus Kepekaan Sosial

Ramadhan
Merengkuh Kemenangan Sejati

Merengkuh Kemenangan Sejati

Ramadhan
Sidang Isbat Tetapkan 1 Syawal Jatuh pada 2 Mei

Sidang Isbat Tetapkan 1 Syawal Jatuh pada 2 Mei

Ramadhan
Keistimewaan Puasa Ramadhan

Keistimewaan Puasa Ramadhan

Ramadhan
Puasa Ramadhan, Ketakwaan, dan Pancasila

Puasa Ramadhan, Ketakwaan, dan Pancasila

Ramadhan
Mudik Berkemajuan

Mudik Berkemajuan

Ramadhan
Meraih Ketakwaan dengan Puasa

Meraih Ketakwaan dengan Puasa

Ramadhan
Lailatul Qadar Ada Pada Diri Kita

Lailatul Qadar Ada Pada Diri Kita

Ramadhan
Puasa Melatih Manusia Sempurna

Puasa Melatih Manusia Sempurna

Ramadhan
Menjemput Kemuliaan Lailatul Qadar

Menjemput Kemuliaan Lailatul Qadar

Ramadhan
Bahagia Komunal

Bahagia Komunal

Ramadhan
Bedug Puasa dan Spiritual Warga Jakarta

Bedug Puasa dan Spiritual Warga Jakarta

Ramadhan
Ramadhan Memang Istimewa

Ramadhan Memang Istimewa

Ramadhan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
icon-calculator

Kalkulator Zakat

Rp.
Rp.
Rp.
Minimal Rp6.644.868 per bulan
ornament calculator
Komentar
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com