Berapa Ramadhan sudah kita lalui semenjak menyandang predikat aqil-baligh? Sudahkah Ramadhan menjadikan kita sebaik-baiknya muslim?
Pertanyaan tersebut patut kita ajukan di penghujung bulan penuh keberkahan ini.
Ramadhan merupakan perangkat sempurna pengkondisian diri sebulan penuh. Secara berkesinambungan ia mengkondisikan aspek kognitif, afektif, dan konatif seorang muslim.
Ini adalah sebuah model pendidikan atau pelatihan ciamik untuk mempengaruhi sikap atau perilaku seseorang berdasarkan taksonomi yang diajukan Benjamin S. Bloom.
Secara kognitif, Ramadhan mengkondisikan muslim untuk mencerap dan memahami bahwa kewajiban puasa Ramadhan bertujuan menjadikan mereka bertakwa.
Bahwa berpuasa secara imanan wahtisaban merupakan cara mendapatkan ampunan untuk semua dosa di masa lalu.
Kemudian secara afektif, Ramadhan mengajak kita berempati kepada fakir miskin dengan menyelami kelaparan yang mereka hadapi sehari-hari.
Baca juga: Mengembangkan Diri Melalui Ibadah Ramadhan
Mendalami ketidakberdayaan dengan menahan segala bentuk perilaku impulsif yang mengikuti hawa nafsu. Bahkan setelah berbuka sekalipun.
Pada tataran konatif, Ramadhan membiasakan kita untuk berperilaku taat asas dengan mengikuti aturan main syar’i.
Sahur dan berbuka di waktu yang telah ditetapkan, menghindari hal yang membatalkan dan mengurangi pahala puasa, bahkan menggapai keutamaan dengan mengoptimalkan ibadah dimensi vertikal hablumminallah dan dimensi horizontal hablumminannaas.
Tadarus, tarawih, tahajud mengisi waktu kita di siang dan malam hari. Bersedekah dan mengulurkan bantuan bagi yang membutuhkan menjadi hal yang kita biasakan dalam keseharian.
Pamungkasnya adalah zakat fitrah yang kita tunaikan dengan kesadaran dan empati bahwa di hari kemenangan, kembali ke fitrah hanya bisa terlaksana dengan menyisihkan sebagian kecil harta untuk saudara kita yang lemah.
Islam adalah agama keseimbangan. Ia menyeru umatnya untuk berlomba memenangkan akhirat dengan tetap memperhatikan bagaimana kehidupan di dunia mereka jalani.
Firman Allah di surat Al-Qashash ayat 77 menyeru agar setiap muslim mengusahakan keselamatan di akhirat dengan tidak melupakan bagian mereka di dunia.
Islam adalah agama akhlak. Sabda Rasulullah, bahwa beliau diutus oleh Allah untuk menyempurnakan akhlak, menegaskan hal tersebut. Mengapa akhlak? Karena akhlak merupakan manifestasi dari ketakwaan seorang muslim.
Baca juga: Ramadhan Stimulus Kepekaan Sosial
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.