KOMPAS.com- Ramadhan bukan hanya menahan lapar dan haus, tetapi juga tentang menemukan makna yang lebih luas dalam hidup, serta memperkuat kesejahteraan mental dan emosional.
Oleh karena itu, begitu tiba malam pertama bulan Ramadhan terdapat seruan, sebagaimana yang Rasulullah SAW sampaikan: “Duhai para pencari kebaikan mendekatlah, dan para pencari keburukan menjauhlah” (HR. Ahmad).
Baca juga: Melihat Tradisi Roah, Perekat Rasa Persaudaraan Masyarakat Sasak Saat Ramadhan
Hal ini mengindikasikan betapa banyak rahmat, kebaikan, kesejahteraan yang akan didapat oleh yang berpuasa di bulan Ramadhan jika dimanfaatkan secara maksimal.
Maka melalui refleksi spiritual, solidaritas sosial, dan pengembangan keterampilan mengelola diri yang dilakukan selama bulan Ramadhan, seseorang dapat merasakan manfaat besar bagi kesejahteraannya.
Mental dan emosional adalah dua aspek penting dari kesejahteraan psikologis seseorang.
Mental merujuk pada kondisi pikiran, kognisi, dan proses berpikir seseorang. Aspek ini mencakup berbagai hal seperti kemampuan untuk memecahkan masalah, kejelasan pikiran, daya ingat, konsentrasi, dan kestabilan mental secara keseluruhan.
Baca juga: Tradisi Berbagi Kanji Rumbi untuk Menu Berbuka di Aceh
Kesehatan mental yang baik mencakup kemampuan seseorang untuk mengatasi stres, mengelola emosi, serta memiliki persepsi yang realistis tentang diri sendiri dan dunia sekitarnya.
Sementara emosional merujuk pada pengalaman dan ekspresi emosi seseorang, termasuk perasaan seperti sukacita, kesedihan, kemarahan, ketakutan, dan cinta.
Aspek ini juga mencakup kemampuan untuk memahami dan mengelola emosi dengan sehat, mengenali perasaan sendiri dan orang lain, serta mengekspresikan emosi secara tepat dalam berbagai situasi.
Kesejahteraan mental dan emosional melibatkan keseimbangan dan integrasi yang baik antara pikiran dan perasaan seseorang.
Hal ini mencakup kemampuan untuk mengatasi tantangan, beradaptasi dengan perubahan, memelihara hubungan yang sehat, serta merasa puas dan bermakna dalam kehidupan. Keduanya memiliki peran yang sangat penting dalam menciptakan kebahagiaan dan kepuasan hidup secara keseluruhan.
Apabila kita merenungkan hadis Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah RA bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Puasa itu penjaga (perisai), maka janganlah berkata-kata buruk (rafats) dan jangan berbuat kebodohan, apabila ada orang yang mengajaknya berkelahi atau menghinanya maka katakanlah, sesungguhnya saya ini sedang berpuasa." (Rasulullah mengulang ucapannya dua kali).
Puasa yang memberikan output kesejahteraan mental dan emosional, harus memiliki pakem dan fungsional selayaknya perisai.
Semakin kuat perisai, maka semakin dalam pula manfaat protektif dari segala hal yang berpotensi memiskinkan mental dan emosional seseorang.
Baca juga: Masjid Singaraja Bali Merawat Tradisi Bubur Kajanan untuk Buka Puasa Bersama