Penulis: Reuters/VOA Indonesia
GAZA, KOMPAS.com - Hamas bersiap menghadapi perang yang panjang dan berlarut-larut di Jalur Gaza.
Kelompok itu yakin mereka dapat menahan kemajuan Israel cukup lama untuk memaksa musuh bebuyutannya menyetujui gencatan senjata. Demikian dikatakan dua sumber yang dekat dengan pimpinan organisasi tersebut.
Hamas, yang menguasai Gaza, telah menimbun senjata, rudal, makanan, dan pasokan medis, menurut sumber yang menolak disebutkan namanya karena sensitifnya situasi.
Baca juga: Demonstrasi Pecah di Beberapa Wilayah Israel, Termasuk di Luar Kediaman PM Netanyahu
Kelompok tersebut yakin ribuan anggotanya akan dapat bertahan selama berbulan-bulan di kota yang memiliki terowongan yang dibuat jauh di bawah wilayah kantong Palestina dan membuat pasukan Israel frustrasi dengan taktik gerilya perkotaan, kata sumber tersebut kepada Reuters.
Pada akhirnya, Hamas yakin tekanan internasional kepada Israel untuk mengakhiri pengepungan tersebut seiring dengan meningkatnya jumlah korban warga sipil, dapat memaksa dilakukannya gencatan senjata dan penyelesaian yang dinegosiasikan.
Hal tersebut diharapkan akan membuat kelompok tersebut muncul dengan konsesi nyata seperti pembebasan ribuan tahanan Palestina sebagai ganti sandera Israel, kata sumber tersebut.
Dalam jangka panjang, Hamas mengatakan mereka ingin mengakhiri blokade Israel yang sudah berjalan selama 17 tahun di Gaza, dan menghentikan perluasan permukiman Israel serta apa yang dianggap warga Palestina sebagai tindakan keras pasukan keamanan Israel di Masjid Al Aqsa, masjid paling suci bagi umat Islam di Yerusalem.
Pada Kamis (2/11/2023), para pakar Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyerukan untuk dilakukannya jeda kemanusiaan di Gaza.
Mereka mengatakan bahwa warga Palestina di Gaza menghadapi “risiko besar terjadinya genosida.” Banyak ahli melihat krisis ini semakin meningkat, tanpa adanya akhir yang jelas bagi kedua belah pihak.
“Misi untuk menghancurkan Hamas tidak mudah dicapai,” kata Marwan Al Muasher, mantan Menteri Luar Negeri Yordania dan wakil perdana menteri yang kini bekerja untuk Carnegie Endowment for International Peace di Washington.
"Tidak ada solusi militer terhadap konflik ini. Kita berada dalam masa-masa kelam. Perang ini tidak akan berlangsung singkat,” katanya.
Israel mengerahkan senjata udara dalam jumlah besar sejak serangan 7 Oktober, yang menyebabkan kelompok bersenjata Hamas keluar dari Jalur Gaza, menewaskan 1.400 warga Israel dan menyandera 239 orang.
Jumlah korban tewas di Gaza telah melampaui 9.000 orang, dan kekerasan yang terjadi setiap hari memicu protes di seluruh dunia atas penderitaan lebih dari 2 juta warga Gaza yang terjebak di daerah kantong kecil tersebut.