Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perang Israel-Hamas dan Pengaruhnya ke Ekonomi Arab Saudi

Kompas.com - 02/11/2023, 18:25 WIB
Aditya Jaya Iswara

Editor

Penulis: Cathrin Schaer/DW Indonesia

RIYADH, KOMPAS.com - Lima tahun lalu, di hadapan pelaku usaha dan investor yang memenuhi Hotal Ritz Carlton di Riyadh, Arab Saudi, Pangeran Mohammed bin Salman, mengatakan betapa dirinya meyakini bahwa Timur Tengah bisa menjadi "Eropa baru."

"Pencerahan global selanjutnya, dalam 30 tahun ke depan, akan berada di Timur Tengah," katanya dalam konferensi Inisiatif Investasi Masa Depan yang digelar Saudi pada 2018.

"Ini adalah perangnya Saudi. Ini adalah perang saya," lanjutnya. "Saya tidak ingin meninggalkan dunia ini sebelum saya melihat Timur Tengah berada di garis terdepan dunia."

Baca juga: 6 Poin Perkembangan Terkini Perang Hamas-Israel

Tahun ini, konferensi investasi yang dijuluki "Davos di tengah gurun pasir" karena menyerupai Forum Ekonomi Dunia tahunan di Swiss itu dibayangi perang antara Hamas dan Israel di Jalur Gaza.

Namun, selain pembatalan oleh segelintir undangan, forum yang digelar Saudi akan disambangi oleh investor paling mapan di dunia, antara lain BlackRock, Blackstone, Citigroup, Goldman Sachs dan JP Morgan Chase.

Inisiatif Investasi Masa Depan diharapkan bisa menghasilkan kesepakatan bisnis, seperti rencana pembangunan pabrik otomotif di Saudi lewat kerja sama dengan produsen Korea Selatan, Hyundai, senilai 500 juta dollar AS (Rp 7,97 triliun), yang diumumkan pada Senin (30/10/2023).

Dibayangi perang di Gaza

Ada banyak alasan akal untuk berada di Saudi meskipun apa yang terjadi di Gaza, kata Karen E Young, peneliti senior di Pusat Kebijakan Energi Global Universitas Columbia, kepada DW.

"Investor membayar banyak untuk menghadiri konferensi tersebut. Mereka melihat Saudi dan PIF sebagai sumber utama investasi dan peluang,” jelasnya.

"Ada ketertarikan untuk mencoba memahami bagaimana negara-negara Teluk dan dana investasi mereka akan merespons krisis ini.”

Diperkirakan 6.000 warga Palestina, hampir setengahnya adalah anak-anak, tewas terbunuh akibat pemboman Israel yang masih berlangsung, menurut otoritas kesehatan yang dikelola Hamas di Gaza.

Jumlah korban tewas dikabarkan terus meningkat. Serangan Israel merupakan respons terhadap teror Hamas yang menewaskan lebih dari 1.200 orang pada 7 Oktober silam.

Baca juga: Siapa dan Berapa Kekayaan PIF, Pembeli dan Pemilik Baru Newcastle United

Apa yang saat ini terjadi di Gaza "membayangi segalanya,” tulis harian AS, The Wall Street Journal mengutip pernyataan Menteri Investasi Arab Saudi, Khalid Al Falih.

"Tetapi demi kebaikan mereka dan demi kemanusiaan, kita harus tetap fokus pada kesejahteraan rakyat kita.”

Kepala eksekutif Citibank Jane Fraser mengatakan, sulit untuk tidak bersikap pesimis mengingat keadaan yang ada.

Halaman:
Baca tentang

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com