Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Black Friday, Cuci Gudang yang Mengotori Bumi

Kompas.com - 27/11/2022, 16:36 WIB
Aditya Jaya Iswara

Editor

Penulis: Anne-Sophie Brandlin/DW Indonesia

KOMPAS.com - Musim berburu barang murah di Eropa dan Amerika telah dimulai! Setiap tahun menjelang akhir November, para pengecer membombardir calon konsumen dengan beragam promosi diskon nan spektakuler. Mereka berharap bisa menghabiskan sisa stok barang di gudang sebelum Natal.

Di Amerika Serikat, negara asal tradisi cuci gudang yang disebut Black Friday ini, eksploitasi atas kegilaan massa berbelanja, bisa menghasilkan miliaran dollar AS keuntungan dalam satu hari, dengan pendapatan yang meningkat setiap tahunnya.

Dalam beberapa tahun terakhir, tren ini juga menjangkiti banyak negara lain. Konsumen seolah dimanjakan dengan produk yang didiskon besar-besaran. Namun lingkungan harus ikut membayar mahal demi kesenangan ini.

Baca juga: Beberapa Negara Asia Berburu Minyak Rusia dengan Harga Diskon, Bagaimana Indonesia?

Emisi karbon meningkat

"Black Friday adalah tren yang sangat mengkhawatirkan," kata Phil Purnell, profesor ilmu material dan struktur di School of Civil Engineering di Universitas Leeds di Inggris.

"Konsumsi semua bahan itu memiliki dampak lingkungan yang sangat besar, tidak hanya dalam hal polusi yang dihasilkan selama penambangan dan pengurasan sumber daya alam untuk membuat barang-barang yang Anda beli, tetapi juga dalam hal karbon yang dihasilkan dari transportasi," ujar Profesor Purnell.

Peningkatan jumlah belanja saat Black Friday juga terjadi secara online, ditambah lagi dengan adanya hari khusus seperti Cyber Monday yang dirancang untuk memperpanjang histeria konsumerisme massa ini. Karena membeli secara online perlu adanya pengiriman paket, jejak karbonnya pun jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan berbelanja di toko lokal.

Sektor transportasi global saat ini menyumbang hingga 4 persen dari emisi dunia. Parlemen Eropa memperkirakan bahwa emisi hanya dari industri maritim global dapat meningkat hingga 17 persen pada tahun 2050.

Fasilitas gratis ongkos kirim dan gratis pengembalian yang biasa diberlakukan saat Black Friday dan Natal, juga ikut memperparah besaran jejak karbon.

"Penelitian kami menunjukkan bahwa 400.000 ton CO2 dapat dilepaskan ke atmosfer sebagai akibat transportasi untuk Black Friday di Inggris pada tahun ini saja," kata Purnell.

Laporan tahun 2021 oleh situs perbandingan harga Inggris, yakni Money.co.uk mendukung temuan ini. Pengiriman barang dari hasil penjualan Black Friday diperkirakan melepaskan lebih dari 429.000 metrik ton emisi gas rumah kaca. Ini setara dengan 435 penerbangan pulang pergi dari London ke New York.

Baca juga: Belanja Militer Global Capai Rekor Baru, Ini 10 Negara dengan Pengeluaran Terbesar

Mayoritas hanya dipakai sekali

Namun, Purnell mengatakan volume CO2 yang dihasilkan oleh aktivitas pengangkutan barang "belumlah seberapa" bila dibandingkan dengan CO2 yang dihasilkan selama proses manufaktur.

"Memproduksi laptop akan melepaskan 100 hingga 200 kilogram CO2 ke atmosfer dan rata-rata tablet Anda mungkin melepaskan 50 kilogram," kata Purnell. "Membeli baju dapat melepaskan beberapa kali lebih banyak CO2 dibandingkan berat baju itu sendiri."

'Kita tidak bisa bergerak menuju nol karbon dalam ekonomi yang didominasi oleh konsumsi berlebihan, ujar Purnell.DPA/ROLF VENNENBERND via DW INDONESIA 'Kita tidak bisa bergerak menuju nol karbon dalam ekonomi yang didominasi oleh konsumsi berlebihan, ujar Purnell.
Sayangnya, banyak dari barang-barang yang dibeli selama musim diskon Black Friday tidak berumur panjang.

Sebuah studi tahun 2019 berdasarkan penelitian Purnell, yang juga co-director dari Textiles Circularity Center yang berbasis di Inggris, mengungkapkan, pakaian hasil pembelian selama Black Friday seringnya dibuang setelah hanya sekali dipakai.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com