Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita WNI jadi Atlet Anggar dan Kuliah di Jerman

Kompas.com - 05/11/2022, 16:35 WIB
Aditya Jaya Iswara

Editor

Penulis: Marjory Linardy/DW Indonesia

HEIDELBERG, KOMPAS.com - Ariani Syafitri Rahadian lahir di Padang, Sumatera Barat. Sejak kecil sudah ingin tahu bagaimana rasanya jika tinggal di negara lain, bertemu dengan orang-orang yang berbeda, dan berada di lingkungan yang berbeda.

Ketika di SMA, Ariani, yang panggilan akrabnya Arin, membaca informasi bahwa untuk berkuliah di Jerman tidak dipungut bayaran.

Selain itu, ketika dia masih SMA, jurusan bioteknologi molekuler belum banyak ditawarkan di Indonesia. Akhirnya, dia menyampaikan keinginannya kepada orangtua. “Awalnya enggak boleh,“ kata Arin sambil tertawa.

Baca juga: Cerita WNI Sukses Bekerja di Amerika walau di Luar Bidang Studinya

Namun, akhirnya orangtuanya setuju, sehingga tahun 2012 dia bertolak ke Jerman. Awalnya belajar bahasa Jerman, kemudian pendidikan di Studienkolleg selama setahun, di mana dia belajar serangkaian kursus persiapan untuk berkuliah di universitas Jerman. Kemudian dia mulai berkuliah di Universitas Heidelberg.

Ketika diwawancara, Arin sedang beristirahat dari pekerjaannya di laboratorium Institut Zentrum für Molekulare Biologie der Universität Heidelberg (ZMBH), tempat dia melaksanakan studinya di bidang bioteknologi molekuler untuk mendapat gelar master.

Sekarang Ariani sedang menulis tesis. Gelar S1 juga dia peroleh di Jerman, juga di Universitas Heidelberg dan dalam jurusan yang sama.

Dia bercerita dulu datang ke Jerman memang untuk berkuliah. Sejak SMA, dia memang sudah punya keinginan untuk menjadi ilmuwan. Sekarang, setelah bermukim beberapa tahun di Jerman, keinginan itu juga belum berubah.

“Soalnya masih penasaran sih,“ kata Arin tentang rasa ingin tahunya di bidang yang sedang ia geluti sekarang.

“Kalau biologi kan luas, tapi kalau bioteknologi molekuler, yang diteliti lebih kecil lagi daripada sel,“ papar Arin. Dia mengambil contoh tes PCR untuk Covid-19. Teknologi yang digunakan untuk tes tersebut adalah teknologi molekuler.

Ariani saat bekerja di laboratorium Universitas Heidelberg.DOK ARIANI SYAFITRI RAHADIAN via DW INDONESIA Ariani saat bekerja di laboratorium Universitas Heidelberg.
Jadi dia berencana untuk melanjutkan ke S3, tetapi jika peluang itu tidak langsung diperoleh, dia akan mencoba mencari pekerjaan pula. Dia mengungkap, jika mendapat pekerjaan di bidang industri, dengan gelar master orang juga bisa mendapat pekerjaan. Misalnya di perusahaan farmasi atau perusahaan diagnostik.

“Tetapi untuk bekerja di Jerman, memang sebaiknya sampai S3 sih,“ begitu dijelaskan Arin. Dia menambahkan, kalau punya gelar S3 dan ingin bekerja di bidang akademis, nantinya akan mengajar. Tetapi jika ingin beralih ke industri, misalnya bisa menjadi kepala proyek. “Bisa ke mana-mana sih sebenarnya.“

Arin bercerita, untuk tesisnya, dia sedang melakukan riset untuk menjawab pertanyaan mendasar. “Jadi bagaimana sih sel itu membelah? Apa komponen-komponennya? Kemudian bagaimana strukturnya?“

"Struktur molekulernya bisa diamati dengan menggunakan bantuan mikroskop elektron, lalu kemudian fungsi dan struktur bisa dibandingkan pada beragam organisme, ya salah satunya manusia."

“Dan dibandingkan, apa yang menyebabkan berbeda, dan mengapa berbeda. Juga apa persamaannya? Dari fungsinya atau strukturnya?“

Baca juga: Cerita WNI Wisuda di Amerika: Di Sini Lebih Ceria, Enggak Ribet, kalau Indonesia Formal

Mendapat pekerjaan di tengah pandemi

Arin mengungkapkan ketika pandemi Covid-19 baru merebak, dia kebetulan baru mulai mencari pekerjaan sampingan untuk mendukung studinya dari segi finansial.

“Susah kan waktu itu, karena semuanya pada tutup.“ Arin mengatakan, dulu dia pernah bekerja di kafe milik kampusnya, tetapi akibat pandemi, kafe itu terpaksa tutup, sehingga dia harus mencari pekerjaan lain. Kebetulan dia bisa mendapat pekerjaan di sebuah labor diagnostik yang mengerjakan PCR untuk sampel Covid-19.

Dia bercerita, setiap gelombang pandemi Covid-19 melanda Jerman, jumlah sampel akan selalu naik dengan drastis. Lalu kurvanya akan melandai seiring dengan datangnya musim panas.

Arin bersama teman-teman yang juga pemain anggar.DOK ARIANI SYAFITRI RAHADIAN via DW INDONESIA Arin bersama teman-teman yang juga pemain anggar.
Karena dia bekerja part time, saat masa kuliah dia hanya bekerja 20 jam seminggu. Namun, saat masa libur, dia boleh bekerja penuh 40 jam seminggu, seperti di tahun 2020.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Otoritas Cuaca AS Sebut Dampak Badai Matahari Kuat yang Hantam Bumi

Otoritas Cuaca AS Sebut Dampak Badai Matahari Kuat yang Hantam Bumi

Global
Tabrakan 2 Kereta di Argentina, 57 Orang Dilarikan ke Rumah Sakit

Tabrakan 2 Kereta di Argentina, 57 Orang Dilarikan ke Rumah Sakit

Global
Inggris Cabut Visa Mahasiswa Pro-Palestina yang Protes Perang Gaza

Inggris Cabut Visa Mahasiswa Pro-Palestina yang Protes Perang Gaza

Global
3 Warisan Dokumenter Indonesia Masuk Daftar Memori Dunia UNESCO

3 Warisan Dokumenter Indonesia Masuk Daftar Memori Dunia UNESCO

Global
Israel Kirim 200.000 Liter Bahan Bakar ke Gaza Sesuai Permintaan

Israel Kirim 200.000 Liter Bahan Bakar ke Gaza Sesuai Permintaan

Global
China Buntuti Kapal AS di Laut China Selatan lalu Keluarkan Peringatan

China Buntuti Kapal AS di Laut China Selatan lalu Keluarkan Peringatan

Global
AS Kecam Israel karena Pakai Senjatanya untuk Serang Gaza

AS Kecam Israel karena Pakai Senjatanya untuk Serang Gaza

Global
9 Negara yang Tolak Dukung Palestina Jadi Anggota PBB di Sidang Majelis Umum PBB

9 Negara yang Tolak Dukung Palestina Jadi Anggota PBB di Sidang Majelis Umum PBB

Global
Jumlah Korban Tewas di Gaza Dekati 35.000 Orang, Afrika Selatan Desak IJC Perintahkan Israel Angkat Kaki dari Rafah

Jumlah Korban Tewas di Gaza Dekati 35.000 Orang, Afrika Selatan Desak IJC Perintahkan Israel Angkat Kaki dari Rafah

Global
Rangkuman Hari Ke-807 Serangan Rusia ke Ukraina: Putin Angkat Lagi Mikhail Mishustin | AS Pasok Ukraina Rp 6,4 Triliun

Rangkuman Hari Ke-807 Serangan Rusia ke Ukraina: Putin Angkat Lagi Mikhail Mishustin | AS Pasok Ukraina Rp 6,4 Triliun

Global
ICC Didesak Keluarkan Surat Perintah Penangkapan Netanyahu

ICC Didesak Keluarkan Surat Perintah Penangkapan Netanyahu

Global
143 Negara Dukung Palestina Jadi Anggota PBB, AS dan Israel Menolak

143 Negara Dukung Palestina Jadi Anggota PBB, AS dan Israel Menolak

Global
AS Akui Penggunaan Senjata oleh Israel di Gaza Telah Langgar Hukum Internasional

AS Akui Penggunaan Senjata oleh Israel di Gaza Telah Langgar Hukum Internasional

Global
[POPULER GLOBAL] Netanyahu Tanggapi Ancaman Biden | Pembicaraan Gencatan Senjata Gaza Gagal

[POPULER GLOBAL] Netanyahu Tanggapi Ancaman Biden | Pembicaraan Gencatan Senjata Gaza Gagal

Global
Saat Dokter Jantung Ladeni Warganet yang Sebut Non-Perokok sebagai Pecundang...

Saat Dokter Jantung Ladeni Warganet yang Sebut Non-Perokok sebagai Pecundang...

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com