Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita WNI Kuliah S2 Teknik Fisika di Jerman: Pintar Aja Enggak Cukup

Kompas.com - 27/12/2020, 15:27 WIB
Aditya Jaya Iswara

Editor

BERLIN, KOMPAS.com - "Saya pas SMA enggak pinter-pinter amat, main bola juga enggak jago-jago amat, kalau melamar ke Perguruan Tinggi Negeri enggak mungkin masuk nih,"ujar Raffly Muhhamad, mahasiswa Indonesia yang kini sedang menempuh studi magister teknik fisika di Technische Universität Berlin di Jerman.

Saat itu pilihan studi ke luar negeri pun mulai diliriknya. "Australia mahal, Singapura juga, saya akhirnya lirik Jerman, karena studinya kan gratis... tapi ya biaya hidupnya gede juga" guraunya. Jerman pun jadi pilihan sebagai negeri tujuan studinya.

Tahun 2013 pertama kalinya Raffly Mohammad menginjakkan kakinya di Jerman. Saat itu ia diterima di salah satu "studienkolleg" di kota kecil Koethen untuk menjalani satu tahun persiapan studi sebelum lanjut ke universitas.

Baca juga: Ragam Prospek Kerja Jurusan Kuliah IPA dan Kisaran Gaji

Meski menghadapi banyak penolakan dari universitas, keinginannya untuk melanjutkan studi ke ibu kota Jerman, Berlin, pun tercapai.

Pada tahun 2014 dari Koethen dia meneruskan studi sarjananya di Technische Universität (TU) Berlin jurusan Fisika Teknik - Mekanika Fluida.

"Jalannya enggak selalu mulus, keterima di TU Berlin, sebelumnya sudah banyak dapat penolakan. Cuma inget bapak udah investasi banyak untuk studi ke sini kalau enggak habis-habisan sia-sia semua, dari situ bangkit lagi,"jelas Raffly.

Sembari berkuliah, ragam pekerjaan sampingan sebagai mahasiswa dilakukannya untuk bertahan hidup.

Dari bekerja sebagai petugas pembersih hotel, petugas pembersih di pabrik coklat, bekerja di dapur panti jompo, bekerja di tempat percetakan, hingga bekerja start-up dilakukannya dengan giat.

Menyeimbangkan antara kerja, kuliah, bersosialisasi tentu tidaklah mudah. "Saya belajar sih dari buku The Art of Saying No gimana nolak yang enggak bukan fokus saya, yang penting saya seimbangkan kuliah, kerja, olahraga, dan ibadah," tegas Raffly.

Baca juga: UNY Bakal Gelar Kuliah Tatap Muka, Berikut Syarat bagi Mahasiswa

Raffly mengakui untuk studi teknik di Jerman, bekal pintar tidaklah cukup. Mahasiswa harus tekun dan tahu betul apa fokus mereka, banyak tantangan untuk memulai kehidupan baru di suatu negara.

"Kita itu harus kerja ekstra keras, dari bahasa jerman saja, bukan bahasa ibu kita kan, itu udah ekstra kerja dari dengar-paham-jawab. Belum tugas kuliahnya... Pintar aja enggak cukup," ujar Raffly.

Pertama menginjakkan kaki di Jerman Raffly mengenal sekitar 40 mahasiswa Indonesia lainnya. Tapi banyak dari mereka yang kembali ke Indonesia sebelum menyelesaikan studinya,

Raffly dan ide teknologi ramah lingkungan

Raffly baru saja memenangkan sebuah kompetisi "Pitching Nation" yang diselenggarakan Earthling Indonesia dan KBRI Berlin 14 November 2020.

Kompetisi ini mengajak para kaum muda Indonesia di Jerman untuk beradu ide membangun Indonesia yang berkelanjutan.

Banyak wilayah yang belum terlistriki di Indonesia dengan pusat sumber energi yang masih tersentralisasi jadi fokus perhatian Raffly.

Baca juga: Awal Januari 2021, Undip Tetap Kuliah Online

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com