Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

AS dan Kanada Kirim Kendaraan Lapis Baja ke Haiti untuk Melawan Geng Kriminal

Kompas.com - 16/10/2022, 22:31 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber DW

PORT-AU-PRINCE, KOMPAS.com - Amerika Serikat (AS) dan Kanada mengirim kendaraan lapis baja dan perlengkapan lainnya ke Haiti untuk membantu polisi melawan geng yang kuat di negara Karibia.

Kurangnya kontrol pemerintah di sebagian besar negara meningkatkan risiko kriminalitas dan bahaya penyebaran wabah kolera.

AS dan Kanada pada Sabtu (16/10/2022) mengirimkan peralatan keamanan ke Haiti, termasuk kendaraan lapis baja, untuk membantu negara miskin itu menangani penyebaran krisis keamanan dan kesehatan.

Baca juga: Krisis Haiti: Protes Anti Pemerintah Memanas, Bentrokan dan Penjarahan Merebak di Kota-kota

Pesawat angkatan udara AS dan Kanada mendarat di Port-au-Prince membawa "peralatan keamanan penting yang dibeli pemerintah Haiti, termasuk kendaraan taktis dan lapis baja," kata pernyataan bersama dari kedua pemerintah sebagaimana dilansir DW.

"Peralatan ini akan membantu (polisi setempat) dalam memerangi pelaku kriminal yang mengobarkan kekerasan dan mengganggu aliran bantuan kemanusiaan yang sangat dibutuhkan, menghambat upaya untuk menghentikan penyebaran kolera," kata pernyataan itu.

Permintaan bantuan dari Haiti datang ketika epidemi kolera memburuk dan geng-geng bersenjata menduduki wilayah yang luas, termasuk terminal impor bahan bakar terbesar di negara itu.

Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa Antonio Guterres telah meminta negara-negara anggota untuk mengerahkan "kekuatan reaksi cepat" ke Haiti untuk menangani "kemerosotan dramatis terkait keamanan."

Namun Washington telah memperjelas bahwa pihaknya enggan mengirim pasukan ke Haiti.

Baca juga: Kekerasan Geng Lumpuhkan Haiti, Pemerintah Minta Pasukan Keamanan Asing Turun Tangan

Demonstrasi menentang kenaikan harga BBM

Peralatan Amerika dan Kanada tiba lebih dari sebulan setelah salah satu geng paling kuat di Haiti mengepung depot bahan bakar, dan menuntut pengunduran diri Perdana Menteri Ariel Henry.

Demonstran juga memblokir jalan-jalan di kota-kota besar untuk memprotes kenaikan tajam harga bahan bakar, setelah Henry mengumumkan pada 11 September bahwa pemerintahnya tidak mampu lagi mensubsidi bahan bakar.

Sejak itu, pompa bensin ditutup, rumah sakit mengurangi layanan, dan bank serta toko kelontong dibuka terbatas karena persediaan bahan bakar, air, dan lainnya berkurang di Haiti.

Pemilik terminal bahan bakar mengumumkan pada Sabtu (15/10/2022) bahwa orang-orang bersenjata telah menyerang fasilitas mereka untuk kedua kalinya dan melarikan diri dengan lebih dari 28.000 galon produk minyak setelah mengalahkan personel pengawasan dan penyelamatan fasilitas tersebut.

Baca juga: Kekerasan Geng di Haiti Makin Gawat, Resolusi PBB Sepakat Hambat Senjata Masuk

Bayang-bayang krisis kolera

PBB pekan lalu juga memperingatkan kemungkinan ledakan kasus kolera di Haiti, dengan 32 terkonfirmasi dan 224 kasus diduga pada 8 Oktober, menurut Organisasi Kesehatan Dunia.

Itu adalah kasus pertama di negara itu dalam tiga tahun. Hampir 10.000 orang meninggal selama epidemi kolera di Haiti antara 2010 dan 2019.

Haiti terperosok dalam krisis politik dan ekonomi selama bertahun-tahun, dan pembunuhan Presiden Jovenel Moise pada 2021 memperburuk ketidakstabilannya dan meningkatnya pengaruh geng kriminal di negara itu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

 Pertama Kali, Korea Utara Tampilkan Foto Kim Jong Un Beserta Ayah dan Kakeknya

Pertama Kali, Korea Utara Tampilkan Foto Kim Jong Un Beserta Ayah dan Kakeknya

Global
Penumpang Singapore Airlines Dirawat Intensif, 22 Cedera Tulang Belakang, 6 Cedera Tengkorak

Penumpang Singapore Airlines Dirawat Intensif, 22 Cedera Tulang Belakang, 6 Cedera Tengkorak

Global
Krisis Kemanusiaan Gaza Kian Memburuk, Operasi Kemanusiaan Hampir Gagal

Krisis Kemanusiaan Gaza Kian Memburuk, Operasi Kemanusiaan Hampir Gagal

Global
Nikki Haley, Saingan Paling Keras Trump Berbalik Arah Dukung Trump

Nikki Haley, Saingan Paling Keras Trump Berbalik Arah Dukung Trump

Global
Rusia Serang Kharkiv, Ukraina Evakuasi 10.980 Orang

Rusia Serang Kharkiv, Ukraina Evakuasi 10.980 Orang

Global
Menerka Masa Depan Politik Iran Setelah Kematian Presiden Raisi

Menerka Masa Depan Politik Iran Setelah Kematian Presiden Raisi

Global
Ongkos Perang Ukraina Mulai Bebani Negara Barat

Ongkos Perang Ukraina Mulai Bebani Negara Barat

Global
Israel Mulai Dikucilkan Negara-negara Eropa, Bisakah Perang Segera Berakhir?

Israel Mulai Dikucilkan Negara-negara Eropa, Bisakah Perang Segera Berakhir?

Global
Rangkuman Hari Ke-819 Serangan Rusia ke Ukraina: Pemulangan 6 Anak | Perebutan Desa Klischiivka

Rangkuman Hari Ke-819 Serangan Rusia ke Ukraina: Pemulangan 6 Anak | Perebutan Desa Klischiivka

Global
China 'Hukum' Taiwan yang Lantik Presiden Baru dengan Latihan Militer

China "Hukum" Taiwan yang Lantik Presiden Baru dengan Latihan Militer

Global
UPDATE Singapore Airlines Alami Turbulensi, 20 Orang Masuk ICU di RS Thailand

UPDATE Singapore Airlines Alami Turbulensi, 20 Orang Masuk ICU di RS Thailand

Global
Rusia Duduki Lagi Desa yang Direbut Balik Ukraina pada 2023

Rusia Duduki Lagi Desa yang Direbut Balik Ukraina pada 2023

Global
AS-Indonesia Gelar Lokakarya Energi Bersih untuk Perkuat Rantai Pasokan Baterai-ke-Kendaraan Listrik

AS-Indonesia Gelar Lokakarya Energi Bersih untuk Perkuat Rantai Pasokan Baterai-ke-Kendaraan Listrik

Global
Inggris Juga Klaim China Kirim Senjata ke Rusia untuk Perang di Ukraina

Inggris Juga Klaim China Kirim Senjata ke Rusia untuk Perang di Ukraina

Global
3 Negara Eropa Akan Akui Negara Palestina, Israel Marah

3 Negara Eropa Akan Akui Negara Palestina, Israel Marah

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com