KYIV, KOMPAS.com - Serangan Rusia ke Ukraina memasuki hari ke-52 pada Sabtu (16/4/2022), sejak Presiden Rusia Vladimir Putin memerintahkan invasi yang disebutnya sebagai operasi militer khusus pada 24 Februari.
Pada hari ke-52 perang Rusia-Ukraina kemarin, masih ada beberapa hal baru yang “mewarnai” konflik antara kedua negara.
Misalnya, muncul klaim dari Rusia telah membersihkan seluruh "daerah perkotaan" Kota Mariupol dari pasukan Ukraina.
Ada juga serangan terbaru yang menghantam wilayah Ibu Kota Ukraina, Kyiv.
Untuk lebih lengkapnya, berikut adalah rangkuman hari ke-52 serangan Rusia ke Ukraina yang dapat disimak:
Dilansir dari AFP, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky memperingatkan, penghapusan pasukan terakhir Ukraina yang mempertahankan Kota Mariupol mengakhiri pembicaraan damai dengan Rusia.
Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan telah membersihkan seluruh "daerah perkotaan" kota timur dari pasukan Ukraina.
Mereka mengatakan hanya sisa tentara Ukraina yang berada di pabrik logam Azovstal dan satu-satunya kesempatan mereka untuk hidup adalah "meletakkan senjata dan menyerah".
Rusia meningkatkan serangan udara terhadap fasilitas militer di Kyiv, sehari setelah memperingatkan akan memperbarui serangannya di ibukota sebagai tanggapan atas apa yang dikatakan sebagai serangan Ukraina di tanah Rusia.
Moskwa mengatakan mereka menggunakan rudal jarak jauh berbasis laut untuk menyerang sebuah pabrik tank.
Wali Kota Kyiv Vitali Klitschko mengatakan setidaknya satu orang tewas dan beberapa lainnya terluka dalam serangan terbaru oleh Rusia.
Berbicara kepada wartawan pada Sabtu, Zelensky mengulangi peringatan yang sempat dia lontarkan juga sebelumnya, bahwa dunia harus bersiap untuk kemungkinan penggunaan senjata nuklir oleh Rusia.
Di tengah meningkatnya sanksi balas dendam, Rusia pada Sabtu kemarin, melarang masuknya Perdana Menteri Inggris Boris Johnson, Menteri Luar Negeri Liz Truss, Menteri Pertahanan Ben Wallace, dan 10 anggota pemerintah dan politisi Inggris lainnya.
Kremlin juga meningkatkan tindakan keras terhadap perbedaan pendapat di dalam negeri, menambahkan sembilan kritikus dan jurnalis terkemuka Rusia ke dalam daftar "agen asing" yang terus bertambah.
Sebuah pengadilan Rusia memerintahkan pemenjaraan pra-persidangan seorang editor berita Siberia karena menuduh bahwa 11 polisi anti huru hara menolak untuk bergabung dengan kampanye militer di Ukraina.