KOMPAS.com - Ketika China tiba-tiba melarang penambangan kripto (mata uang digital) tahun lalu, industri ini berkembang pesat di negara tetangganya, Kazakhstan.
Tahun lalu Kazakhstan menjadi negara penambangan kripto terbesar kedua di dunia, sebagian berkat tambang besar yang berisi 50.000 komputer di gurun dekat kota utara Ekibastuz.
Baca juga: Rusia Usulkan Larangan Perdagangan Mata Uang Kripto
Tetapi pertumbuhan pesat penambangan kripto di negara itu telah memberi tekanan pada sektor energi, yang sangat bergantung pada pembangkit listrik tenaga batu bara yang berpolusi dan intensif karbon.
Awal bulan ini kenaikan harga bahan bakar mobil menjadi pemicu protes politik nasional. Selama lima hari, tambang kripto Kazakh tidak dapat terhubung ke internet, menyebabkan transaksi mata uang kripto di seluruh dunia melambat.
Para pemuda Kazakhstan yang bisa bekerja 12 jam sehari selama 15 hari berturut-turut tanpa meninggalkan lokasi, agar tambang kripto tetap berjalan sepanjang waktu.
Moldir Shubayeva, adalah satu dari sejumlah wirausaha-kripto yang mulai bermunculan di Kota Almaty, Kazakhstan.
Ketika wawancara dengan BBC, dia tengah berjalan berkeliling di dalam sebuah gedung berdebu miliknya, yang baru saja berfungsi sebagai pertambangan mata uang kripto.
Wanita 35 tahun itu mengenakan pakaian bergaya smart casual hari itu. Dari balik kacamata dengan lensa berwarna semburat kekuningan, ia memperhatikan gulungan kabel-kabel besar di dalam kontainer, siap dipindahkan ke gudang.
Baca juga: Penampakan Kafe Kripto di Thailand yang Tak Hanya Jual Kopi, tapi Siap Beri Saran Investasi
Sebagai seorang perempuan, sosoknya Moldir menonjol di antara para pekerja konstruksi dan pekerja harian yang memenuhi bangunan tersebut.
Ia menjadi karakter besar di industri yang didominasi oleh pria ini. Sosoknya dihormati sejawatnya karena berhasil membesarkan perusahaan pertambangan kripto miliknya menjadi salah satu yang terbesar di negara tersebut.
"Saya menghabiskan empat tahun terakhir hidup saya untuk bekerja, bahkan tak jarang saya tidur di kantor," kata dia.
Moldir mulai tertarik pada Bitcoin sekitar lima tahun lalu, dan mulai menambang kripto bersama saudara laki-lakinya di rumah, sebelum membangun beberapa pertambangan yang lebih besar, lalu menyewakannya.
Dia berkata, pertumbuhan bisnisnya, dan industri ini secara keseluruhan di Kazakhstan, sangat pesat - terutama setahun terakhir.
"Pagi saya diawali dengan mengecek harga Bitcoin, untuk melihat pertumbuhannya. Jika harganya menembus 50.000 dollar AS (Rp 716 juta) per koin, saya langsung bersemangat. Adrenalin saya langsung terpompa."
Baca juga: Rp 5,7 Triliun dalam Bentuk Kripto Dicuri Peretas Korea Utara Sepanjang 2021
Harga Bitcoin sendiri naik dan turun secara dramatis. Pada Maret 2020, satu Bitcoin berharga sekitar 5.000 dollar AS (sekitar Rp71 juta) dan naik menjadi 65.000 dollar AS (setara dengan Rp935 juta) dalam setahun.
Sejak itu, harganya merosot secara signifikan, menjadi sekitar 35.000 dollar AS menurut laporan BBC pada Minggu (30/1/2022).
Namun bagi Moldir dan banyak pengusaha Bitcoin lain di Kazakhstan, penambangan kripto telah membuat mereka kaya raya.
Penambangan kripto adalah proses yang mendasari banyak mata uang kripto, seperti Bitcoin, Ethereum, dan Litecoin.
Uang digital ini tidak memiliki pusat otoritas maupun bank. Alih-alih, setiap pembayaran dan transfer diperiksa oleh jejaring besar komputer sukarelawan.
Kalkulasi yang dilakukan ini sangat kompleks, sehingga tugas ini membutuhkan banyak sekali tenaga komputer.
Sebagai insentif, sistem ini memberikan upah bagi mereka yang bersedia meluangkan tenaga untuk Bitcoin.
Baca juga: Raup Rp 55 Triliun, Gembong Judi Kripto Terbesar Vietnam Diringkus Polisi
Berkat bisnis seperti milik Moldir, Kazakhstan kini telah menjadi negara penambang Bitcoin terbesar di dunia, di belakang AS.
Negara tersebut menyumbang sekitar 18 persen kekuatan jejaring global yang membuat mata uang kripto ini berfungsi.
Industri ini mulai berkembang di Kazakhstan pada 2019, berkat cadangan listrik yang besar dan murah di negara tersebut, juga karena aturan pemerintahnya yang bersahabat dengan mata uang kripto.