Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gantikan China, Bagaimana Cara Kazakhstan Jadi Negara Penambang Kripto Terbesar Kedua Dunia

Kompas.com - 02/02/2022, 14:30 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Editor

Namun pada musim panas 2021, bisnis berkembang dalam skala mengejutkan. Ini berkat aturan pelarangan penambangan kripto yang tiba-tiba dan tak diduga dari negara tetangganya, China.

Perusahaan-perusahaan kripto dari China berbondong-bondong pindah ke Kazakhstan, membawa serta puluhan ribu komputer bersama mereka.

Fasilitas-fasilitas penambang kripto di Kazakhstan kewalahan, maka perusahaan-perusahaan baru pun bermunculan untuk menambal permintaan ini.

Baca juga: Kripto Naik Drastis, Pekerja yang Dibayar Kripto Ini Bisa Beli Properti

Penambangan raksasa Kazakstan

Sekitar 1.800 km jaraknya dari Almity, terdapat Kota Ekibastuz yang terisolasi dan berangin.

Di sinilah, terletak salah satu pertambangan kripto terbesar di dunia - hingga baru-baru ini - yang dibangun oleh perusahaan bernama Enegix.

Hal pertama yang menyambut orang-orang yang datang ke sana adalah suaranya.

Ribuan komputer berdaya tinggi berdengung, saat kipas yang ada di dalam masing-masing unit berdesing dengan kecepatan maksimal.

Dan terletak jauh di salah satu sisi ruangan, adalah alat pendingin raksasa. Baling-balingnya berputar dengan teratur, dan mesinnya membuat suara drone dengan nada rendah yang konstan.

"Suara mesin-mesin ini bekerja membuat saya sangat bersemangat, karena ini suara uang - uang digital," kata Yerbolsyn, 34 tahun, pemilik fasilitas ini, sambil tersenyum lebar.

Seperti Moldir, Yerbolsyn mulai tertarik pada Bitcoin bertahun-tahun lalu dan memulai usahanya dalam skala kecil. Perusahaannya telah berkembang, dari garasi kecil dengan beberapa komputer saja, menjadi fasilitas yang dimilikinya sekarang.

Dia kini memiliki peralatan senilai 300 juta dollar AS (Rp 4,3 miliar) di dalam delapan rak CPU besi besar, yang menambang mata uang kripto 24 jam, tujuh hari sepekan.

Tambang ini memiliki delapan gudang dengan 50.000 mesin menambang Bitcoin dan mata uang kripto lain.via BBC INDONESIA Tambang ini memiliki delapan gudang dengan 50.000 mesin menambang Bitcoin dan mata uang kripto lain.

Baca juga: Hamster Jerman Ini Bisa Prediksi Kripto, Kinerjanya Disebut Kalahkan Warren Buffet.

Sebanyak 150 orang dipekerjakan untuk memastikan mesin-mesin ini bekerja, dengan belasan insinyur komputer bekerja dan tinggal di wilayah padang pasir ini, dengan rotasi 15 hari sekali.

Amlaz Magaz, 19 tahun, bekerja dengan jam kerja selama 12 jam. Tugas utamanya adalah menjaga rak-rak komputer bersih dari debu, supaya kerja mesin tak terganggu.

Jika ada kesalahan teknis, dia harus memperbaikinya secepat mungkin supaya komputer bisa bekerja kembali.

Dia mengaku, pertama kali bekerja di tempat itu, dia tidak tahu apa yang sedang dilakukan oleh komputer-komputer itu.

"Saya tidak tahu apa-apa tentang Bitcoin sebelum saya bekerja di sini. Saya belum pernah dengar!" katanya.

Almaz, dan sejumlah pekerja lain sepertinya, sehari-hari diawasi pekerjaannya oleh Yerbolsyn melalui sejumlah besar CCTV dari Almaty.

"Kami sangat bangga bahwa Kazakhstan sekarang sangat penting untuk dunia mata uang kripto," kata Yerbolsyn. "Kami adalah patriot dan kami ingin mengibarkan bendera negara kami lebih tinggi lagi!"

Hanya sekitar 2 persen listrik di Kazakhstan berasal dari energi terbarukan.

GETTY IMAGES via BBC INDONESIA Hanya sekitar 2 persen listrik di Kazakhstan berasal dari energi terbarukan.

Baca juga: Suami Istri AS Jual Data Kapal Perang Nuklir dengan Bayaran Rp 1,4 Miliar via Mata Uang Kripto

Kerusakan lingkungan yang harus dibayar

Tapi tidak semua orang bangga dengan kesuksesan negara itu. Para pecinta lingkungan kerap mengkritik mata uang kripto karena besarnya energi yang harus dikeluarkan oleh penambangan ini.

Indeks Konsumsi Listrik Bitcoin dari Universitas Cambridge memperkirakan, butuh lebih banyak energi untuk menambang Bitcoin, ketimbang konsumsi energi yang ada di Ukraina atau Norwegia.

Belum diketahui berapa banyak dari listrik itu yang berasal dari energi terbarukan. Namun ahli iklim Dana Yermolyonok berkata, di Kazakhstan, hanya 2 persen dari total energi berasal dari sumber-sumber terbarukan.

"Umumnya masih menggunakan batu bara di sini. Khususnya jika kita bicara tentang penggunaan energi untuk pemanas dan listrik," kata dia.

Dana tinggal di Kota Karaganda yang memiliki salah satu cekungan batu bara terbesar di negara tersebut.

Dia meragukan, apakah kekayaan yang didapat dari penambangan kripto ini sepadan dengan risiko lingkungan yang dihasilkannya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com