Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mantan Intelijen Arab Saudi Ungkap Putra Mahkota Berniat Ingin Bunuh Raja Abdullah

Kompas.com - 25/10/2021, 15:52 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

Sumber Newsweek

OTTAWA, KOMPAS.com - Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman disebut mempunyai niat ingin membunuh Raja Abdullah bin Abdulaziz menggunakan racun.

Klaim itu disampaikan Saad Aljabri, mantan pejabat top intelijen Saudi dan penasihat Mohammed bin Nayef, keponakan Raja Salman.

Aljabri memutuskan mengungsi ke Kanada setelah MBS (julukan Mohammed bin Salman) melengserkan Nayef sebagai putra mahkota pada 2017.

Baca juga: Profil Mohammed bin Salman, Putra Mahkota Arab Saudi

Dalam wawancara di program CBS 60 Minutes, Aljabri mengungkapkan MBS dan Nayef menggelar pertemuan pada 2014.

Saat itu dikutip Newsweek, dia ingin melengserkan Raja Abdulaziz sehingga memberikan jalan bagi ayahnya, Raja Salman, berkuasa.

"Saya ingin membunuhnya. Saya mendapatkan cincin berisi racun dari Rusia. Cukup saya menjabat tangannya dan riwayatnya tamat," kata MBS ditirukan Aljabri.

Saat itu, Bin Nayef menjabat sebagai kepala intelijen Arab Saudi, dan Bin Salman merupakan pengawal pribadi ayahnya.

Aljabri mengeklaim, dia sudah melihat video rekaman pertemuan dengan salinannya masih ada hingga detik ini.

Dia mendeskripsikan Bin Salman sebagai "psikopat tanpa empati yang tidak merasakan emosi dan belajar dari pengalamannya".

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah, Raja Faisal dari Arab Saudi Dibunuh Keponakan

Sejumlah skandal muncul di Saudi begitu MBS berkuasa, membuat kubu Demokrat maupun Republik di AS mengecamnya.

Paling disorot adalah Jamal Khashoggi, jurnalis Washington Post yang diyakini dibunuh Saudi di konsulat mereka di Istanbul, Turki, Oktober 2018.

Hingga saat ini, siapa yang menjadi dalang maupun eksekutor pembunuhan Khashoggi masih menjadi perdebatan.

Riyadh berkilah adalah tentara bayaran yang membunuh si jurnalis saat dia hendak dibujuk supaya bersedia pulang.

Baca juga: Gugatan Kasus Kilang Minyak Karibia pada Putra Mahkota Arab Saudi Makin Rumit

Sementara pemerintah Turki menekankan sekelompok agen dikirim dari Saudi untuk membunuh dan melenyapkan jenazah Khashoggi.

Adapun telik sandi AS dalam laporannya menyatakan bahwa Mohammed bin Salman tahu tentang operasi ini, meski dibantah.

Dalam respons kepada CBS, Arab Saudi menyatakan Aljabri sebagai mantan pejabat yang punya sejarah berbohong dan mengalihkan kejahatan finansial yang dia buat.

Raja Abdullah bin Abdulaziz sendiri berkuasa pada 1 Agustus 2005, dan meninggal di usia 90 tahun pada 23 Januari 2015.

Baca juga: Jokowi Mengaku Tak Kuat jika Menggaji Putra Mahkota UEA

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com