Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Afghanistan Ganti Panglima Militer Lagi Saat Taliban Telah Rebut Banyak Wilayah secara Agresif

Kompas.com - 12/08/2021, 18:37 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

KABUL, KOMPAS.com - Pemerintah Afghanistan kembali mengganti panglima militer saat Taliban semakin agresif menyerang dan merebut wilayah.

Melansir Financial Times (FT) pada Kamis (12/8/2021), Afghanistan telah mengganti panglima militernya untuk ketiga kalinya hanya dalam waktu setahun.

Jenderal Wali Mohammad Ahmadzai, yang baru diangkat menjadi panglima militer pada Juni, digantikan pada Rabu (11/8/2021) oleh Jenderal Hibatullah Alizai, ketika Taliban semakin mendekat ke Kabul dan memaksa penyerahan pemerintahan Presiden Ashraf Ghani.

Baca juga: Rebut 10 Ibu Kota Provinsi Afghanistan, Taliban Semakin Dekat ke Kabul

Saat AS bersiap untuk menarik mundur pasukannya yang terakhir, kelompok pemberontak itu telah merebut 10 ibu kota provinsi dan menguasai bandara Kunduz.

Pertempuran berkecamuk di sekitar kota utara Mazar-i-Sharif, yang pernah menjadi benteng perlawanan anti-Taliban, dan kota Ghazni, yang terletak strategis di jalan raya dari Afghanistan barat ke Kabul.

Banyak analis skeptis bahwa perubahan kepemimpinan dalam angkatan bersenjata akan banyak membantu pasukan Afghanistan untuk menang, banyak dari mereka tampaknya telah tumbang dalam menghadapi serangan pemberontak Taliban.

"Ini benar-benar terlambat untuk sesuatu seperti ini untuk membuat perbedaan," kata seorang pejabat senior Pakistan kepada Financial Times.

Baca juga: Mantan Tentara Inggris Sumpahi Biden Atas Penarikan Pasukan dari Afghanistan

Banyaknya warga Afghanistan yang melarikan diri dari akibat pertempuran sengit dan kekerasan oleh Taliban, telah mendorong peringatan dari PBB tentang krisis kemanusiaan yang akan segera terjadi.

Perkiraan PBB pada akhir Juli ada 270.000 warga Afghanistan telah mengungsi tahun ini karena konflik yang berkecamuk.

Michelle Bachelet, komisaris tinggi PBB untuk hak kemanusiaan memperingatkan bahwa "situasi yang sudah mengerikan bagi begitu banyak warga Afghanistan, akan menjadi lebih buruk lagi", jika pertempuran tidak dihentikan.

Para kritikus menyalahkan keputusan AS untuk menarik diri dari pangkalan udara Bagram dan menarik pasukannya yang menjadi keuntungan Taliban dengan cepat merebut wilayah-wilayah Afghanistan.

Baca juga: Intel AS: Dalam 90 Hari, Ibu Kota Afghanistan Bisa Direbut Taliban

Namun, sejumlah diplomat mengatakan bahwa tidak bisa ditampik Taliban perlahan akan menguasai pasukan keamanan nasional Afghanistan juga.

Hal itu menurutnya bisa terjadi bahkan ketika tentara nasional Afghanistan masih menikmati dukungan logistik penuh dari pasukan AS dan perlindungan udara.

“Apakah kita terkejut bahwa kekuatan yang hanya bisa mengimbangi Taliban mulai runtuh? Jelas tidak,” kata seorang diplomat Barat.

AS telah menekan Pakistan untuk menggunakan pengaruhnya pada Taliban untuk menengahi kesepakatan damai. Namun, hubungan Washington dengan Islamabad telah memburuk saat ini.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Perang di Gaza, Jumlah Korban Tewas Capai 35.000 Orang

Perang di Gaza, Jumlah Korban Tewas Capai 35.000 Orang

Global
143 Orang Tewas akibat Banjir di Brasil, 125 Lainnya Masih Hilang

143 Orang Tewas akibat Banjir di Brasil, 125 Lainnya Masih Hilang

Global
Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Global
Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Global
Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Global
PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

Global
Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Global
4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

Global
Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Global
Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Global
Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Global
Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Global
Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Global
Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Global
Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com