Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

PBB Mengutuk 66 Pembantaian di Kolombia Sepanjang 2020

Kompas.com - 15/12/2020, 21:17 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

Sumber AFP

JENEWA, KOMPAS.com - Kelompok bersenjata, penjahat, dan lainnya telah melakukan 66 pembantaian di seluruh Kolombia pada 2020, yang membuat PBB mendesak pada Selasa (15/12/2020) untuk melindungi masyarakat sipil terhadap kekerasan yang telah "dinormalisasi".

"Sungguh tragis melihat begitu banyak orang menjadi korban kekerasan yang terus-menerus di seluruh negeri," kata kepala hak asasi manusia PBB, Michelle Bachelet dalam sebuah pernyataan seperti yang dikutip Kompas.com dari AFP pada Selasa (15/12/2020).

Bachelet mencatat bahwa banyak petani, penduduk lokal, dan masyarakat Afro-Kolombia yang menjadi sasaran pembantaian.

Baca juga: Monolit Emas Muncul di Kolombia, Dianggap Pengontrol Semua Monolit

"Selain mereka dibunuh, para korban tentu telah ditinggalkan dalam keadaan tidak berdaya," ujarnya.

Kantor Bachelet telah mendokumentasikan total 66 pembantaian yang dicatat di 18 dari 32 departemen Kolombia pada 2020 saja, yang menyebabkan 255 orang tewas.

Dikatakan juga bahwa 120 pembela hak asasi manusia telah tewas di negara itu tahun ini.

Sejak penandatanganan perjanjian perdamaian di negara itu pada 2016, PBB juga telah mendokumentasikan 244 pembunuhan mantan Pejuang Angkatan Bersenjata Revolusioner Kolombia (FARC).

Baca juga: Kartel Kolombia Selundupkan Narkoba ke Eropa Lewat Payudara Perempuan

Komunitas Nasa adalah salah satu kelompok adat yang paling parah terkena dampak kekerasan yang meningkat di negara itu, dengan 66 anggotanya di Cauca utara dilaporkan tewas pada 2020, kata PBB.

Baru-baru ini, 5 orang termasuk seorang mantan pejuang FARC dalam proses reintegrasi, dilaporkan tewas dalam 2 insiden terpisah di Cauca utara pada 5 Desember.

"Pada hari yang sama, 24 pemimpin dan otoritas rakyat Nasa menerima ancaman pembunuhan," kata pernyataan Selasa.

Baca juga: Hati-hati Dampak Penganiayaan Anak Dorong Kematian Dini Dua Kali Lebih Tinggi

Itu juga menunjuk terhadap serangan pada 3 Desember di departemen Choco, di mana pemimpin adat Miguel Tapi Rito terbunuh.

Serangan itu mendorong sekitar 900 orang di komunitasnya, kebanyakan dari mereka wanita dan anak-anak, untuk melarikan diri ke kota terdekat, "di mana mereka telah memohon kepada otoritas negara untuk memberi mereka perlindungan."

"Saya menyerukan kepada pihak berwenang Kolombia untuk mengambil tindakan yang lebih kuat dan lebih efektif untuk melindungi penduduk dari kekerasan yang mengerikan dan meluas ini," kata Bachelet.

Baca juga: PBB: Covid-19 Memperburuk Kekerasan terhadap Perempuan

Dia menekankan perlunya negara mengembangkan kebijakan publik untuk membongkar "kelompok kriminal yang menggantikan struktur paramiliter dan jaringan pendukungnya," sebagaimana diatur dalam perjanjian damai 2016.

Dia meminta pihak berwenang Kolombia untuk melakukan "penyelidikan yang cepat, menyeluruh, tidak memihak, independen dan transparan" terhadap semua tuduhan pelanggaran hak, dan untuk memastikan para korban memiliki akses ke keadilan dan ganti rugi.

"Sayangnya, kekerasan telah menjadi normal di Kolombia setelah beberapa dekade konflik bersenjata, dan tidak ada yang harus menerimanya," kata Bachelet.

Baca juga: Korban Kekerasan Seksual di Jepang Melonjak Selama Pandemi Covid-19

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

[POPULER GLOBAL] 20 Penumpang Singapore Airlines di ICU | Israel Kian Dikucilkan

[POPULER GLOBAL] 20 Penumpang Singapore Airlines di ICU | Israel Kian Dikucilkan

Global
 Pertama Kali, Korea Utara Tampilkan Foto Kim Jong Un Beserta Ayah dan Kakeknya

Pertama Kali, Korea Utara Tampilkan Foto Kim Jong Un Beserta Ayah dan Kakeknya

Global
Penumpang Singapore Airlines Dirawat Intensif, 22 Cedera Tulang Belakang, 6 Cedera Tengkorak

Penumpang Singapore Airlines Dirawat Intensif, 22 Cedera Tulang Belakang, 6 Cedera Tengkorak

Global
Krisis Kemanusiaan Gaza Kian Memburuk, Operasi Kemanusiaan Hampir Gagal

Krisis Kemanusiaan Gaza Kian Memburuk, Operasi Kemanusiaan Hampir Gagal

Global
Nikki Haley, Saingan Paling Keras Trump Berbalik Arah Dukung Trump

Nikki Haley, Saingan Paling Keras Trump Berbalik Arah Dukung Trump

Global
Rusia Serang Kharkiv, Ukraina Evakuasi 10.980 Orang

Rusia Serang Kharkiv, Ukraina Evakuasi 10.980 Orang

Global
Menerka Masa Depan Politik Iran Setelah Kematian Presiden Raisi

Menerka Masa Depan Politik Iran Setelah Kematian Presiden Raisi

Global
Ongkos Perang Ukraina Mulai Bebani Negara Barat

Ongkos Perang Ukraina Mulai Bebani Negara Barat

Global
Israel Mulai Dikucilkan Negara-negara Eropa, Bisakah Perang Segera Berakhir?

Israel Mulai Dikucilkan Negara-negara Eropa, Bisakah Perang Segera Berakhir?

Global
Rangkuman Hari Ke-819 Serangan Rusia ke Ukraina: Pemulangan 6 Anak | Perebutan Desa Klischiivka

Rangkuman Hari Ke-819 Serangan Rusia ke Ukraina: Pemulangan 6 Anak | Perebutan Desa Klischiivka

Global
China 'Hukum' Taiwan yang Lantik Presiden Baru dengan Latihan Militer

China "Hukum" Taiwan yang Lantik Presiden Baru dengan Latihan Militer

Global
UPDATE Singapore Airlines Alami Turbulensi, 20 Orang Masuk ICU di RS Thailand

UPDATE Singapore Airlines Alami Turbulensi, 20 Orang Masuk ICU di RS Thailand

Global
Rusia Duduki Lagi Desa yang Direbut Balik Ukraina pada 2023

Rusia Duduki Lagi Desa yang Direbut Balik Ukraina pada 2023

Global
AS-Indonesia Gelar Lokakarya Energi Bersih untuk Perkuat Rantai Pasokan Baterai-ke-Kendaraan Listrik

AS-Indonesia Gelar Lokakarya Energi Bersih untuk Perkuat Rantai Pasokan Baterai-ke-Kendaraan Listrik

Global
Inggris Juga Klaim China Kirim Senjata ke Rusia untuk Perang di Ukraina

Inggris Juga Klaim China Kirim Senjata ke Rusia untuk Perang di Ukraina

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com