Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Korea Utara Sebut Badan Nuklir PBB adalah Boneka Negara Barat

Kompas.com - 12/11/2020, 16:04 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

Sumber AFP

NEW YORK, KOMPAS.com - Korea Utara menuding badan nuklir PBB sebagai boneka negara Barat, setelah muncul laporan senjata nuklir mereka melanggar perjanjian internasional.

Setelah meninggalkan Perjanjian Pelucutan Senjata di 2003, Pyongyang secara bertahap terus membangun senjata pemusnah massal mereka.

Baca juga: Terus Cekcok dengan China, Mungkinkah Taiwan Butuh Senjata Nuklir?

Pengembangan itu makin masif sejak Kim Jong Un menjadi pemimpin tertinggi pada 2011, di mana dia bahkan mengujicobakan bom hidrogen (termonuklir) di 2017.

Karena masifnya uji coba senjata nuklir dan program rudal balistik mereka, Korea Utara dihantam berbagai sanksi internasional.

Badan Nuklir Dunia atau IAEA, yang pengawasnya tak boleh masuk Korea Utara, pada Rabu (11/11/2020) merilis laporan bahwa stok atom negara itu "sangat disayangkan".

Dalam laporan kepada Dewan Keamanan PBB, Kepala IAEA Rafael Mariano menyebut aktivitas Korut menyebabkan sejumlah konsekuensi serius.

Duta Besar Korut tak terima dengan laporan, dan dalam forum yang sama mengemukakan bahwa laporan yang dibuat IAEA "sangat menyimpang".

"IAEA tak lebih dari alat politik yang dipakai oleh negara Barat untuk menyerang kami," kata Duta Besar Kim Song dalam pernyataanya dikutip AFP Kamis (12/11/2020).

Kim menuturkan, dia menganalogikan badan nuklir dunia itu sebagai boneka yang menari-nari sesuai dengan arahan dari negara penyerang.

Upaya denuklirisasi yang dilakukan Amerika Serikat (AS) buntu sejak kolapsnya pertemuan Kim Jong Un dan Presiden Donald Trump pada Februari tahun lalu.

Negara dengan ideologi Juche itu diyakini terus mengembangkan senjata perusaknya, yang diklaim hanya untuk melindungi rakyatnya, selama perundingan.

Baca juga: Bualan Trump Soal Senjata Nuklir Rahasia AS Diterbitkan dalam Sebuah Buku

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Global
Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Global
PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

Global
Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Global
4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

Global
Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Global
Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Global
Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Global
Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Global
Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Global
Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Global
Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Global
Rusia Klaim Rebut 5 Desa dalam Pertempuran Sengit di Kharkiv

Rusia Klaim Rebut 5 Desa dalam Pertempuran Sengit di Kharkiv

Global
Di Balik Serangan Israel ke Rafah yang Bahkan Tak Bisa Dihalangi AS

Di Balik Serangan Israel ke Rafah yang Bahkan Tak Bisa Dihalangi AS

Global
Israel Perintahkan Warga Palestina Mengungsi dari Rafah

Israel Perintahkan Warga Palestina Mengungsi dari Rafah

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com