KOMPAS.com - Javara, perusahaan bahan pangan tradisional, sempat memiliki mitra petani yang didominasi berusia 40 tahun ke atas.
Fakta penurunan angka petani sebanyak 500.000 per tahun ditemukan Helianti Hilman, pendiri Javara, saat mendirikan usahanya pada 2008.
Berangsur baik, usia petani muda kian bertambah sejak dirinya mendirikan Sekolah Seniman Pangan.
Anak muda hingga petani berusia di bawah 40 tahun banyak mengikuti program ini, membantu petani memiliki produk bernilai jual.
Melihat perkembangan petani dengan rentang usia tua-muda, menyimpulkan Helianti soal persiapan petani masa kini.
Besar lahan atau kebun tidak menjadi fokus utama. Menurutnya, bila ingin menekuni pekerjaan sebagai petani di usia muda, tekad menjadi yang utama.
"Sebenarnya, apa saja bisa dipelajari. Hanya saja, kalau mengharapkan instan, tidak ada sesuatu yang bisa langsung dihasilkan instan," ungkap Helianti kepada media usai acara perilisan menu kolaborasi Chatime Atealier dan Javara, Rabu (4/10/2023).
Baca juga:
Itu sebabnya, menyiapkan mental kuat diperlukan bagi para calon petani muda untuk menghadapi fakta lapangan.
"Harus ada ketelatenan, kedispilinan, jangan bentar-bentar kabur atau give up," kata Helianti.
Dwi Poyono, petani Javara berusia 60-an tahun, juga berpendapat demikian.
Niat tinggi untuk memproduksi pangan menjadi kunci utama bagi siapa saja yang ingin bekerja sebagai petani muda.
Masalah lahan, calon petani muda bisa memanfaatkan kerja sama dengan orang yang memiliki lahan atau menyewa lahan sendiri.
"Kalau sama sekali gak punya tanah, bisa mulai tanam di pot-pot kecil sampai bisa menghasilkan produk," ujar Dwi.
Baca juga: