KOMPAS.com - Minimnya minat generasi muda menjadi petani kopi merupakan salah satu penyebab produktivitas perkopian rendah.
Menurut Moelyono Soesilo, perwakilan Kapal Api, setidaknya ada tiga aspek yang harus dipenuhi untuk meningkatkan produktivitas ini.
Ketiga aspek tersebut adalah aspek sosial, aspek ekonomi, dan aspek lingkungan.
Cara menggaet petani kopi muda bisa dimulai dari memperbaiki aspek ekonomi, yakni soal pendapatan petani per bulan.
"Orang muda itu memiliki pemikiran terbuka dan mau berkembang maju. Waktu itu, saya menawarkan pemuda pekerjaan santai dengan penghasilan tinggi," kata Moelyono dalam acara "Coffee Talk" di Food & Hotel Indonesia, Selasa (25/7/2023).
Pendapatan petani kopi muda ia bandingkan dengan karyawan kantoran bergaji UMR di kota besar dengan jam kerja pukul 07.00-17.00 WIB.
Baca juga:
Kemudian, ia menyampaikan cara kerja petani kopi. Selama cara merawat kebun kopinya benar, diikuti dengan pendampingan, bukan tidak mungkin pendapatan petani bisa setara dengan pekerja kantoran di kota besar.
"Kami mendorong mereka untuk bangga dengan hasil kebun sendiri dan itu akhirnya cukup berkembang dan menarik generasi muda kembali ke kebun," ujar dia.
Moelyono sudah menggerakan pendampingan pada petani kopi muda sejak 2020 di Lampung Barat.
Salah satu hal berkesan adalah ketika mendapatkan petani kopi muda yang sudah didampingi dan berhasil membeli lahan tanam baru.
Hal itu bukan hanya dimulai dari pendampingan pada petani kopi, tetapi juga jaminan menerima hasil panen kopi, terlepas dari seperti apa kualitasnya.
"Terkadang, mereka khawatir kalau memproduksi dalam jumlah banyak, enggak ada yang beli," tutur Moelyono.
Baca juga:
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.View this post on Instagram