Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengapa Tidak Banyak Orang Mau Jadi Petani Kopi?

Kompas.com - 28/07/2023, 15:03 WIB
Krisda Tiofani,
Silvita Agmasari

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Profesi barista kian digemari orang muda. Tugas utamanya adalah menyiapkan kopi dan menyeduhnya untuk pelanggan.

Tak sedikit barista muda yang ditemukan di kedai kopi kecil hingga besar. Mereka umumnya paham betul metode menyeduh hingga meminum kopi yang benar.

Namun, bila melihat lebih jauh soal kopi dan profesi di dalamnya, tidak banyak orang muda yang mau menggeluti pekerjaan sebagai petani kopi.

Menurut Wildan Mustofa, petani kopi sekaligus eksportir kopi Java Frinsa, kesejahteraan petani kopi yang tidak terjamin, menjadi penyebab utama profesi ini tak banyak diminati, khususnya oleh orang muda.

"Kalau punya lahan satu hektar, produksi kopinya 600 kilogram, sekarang harga green bean arabika kira-kira Rp 90.000. Biaya prosesnya mungkin Rp 10.000," papar Wildan.

Artinya, sisa Rp 80.000 akan dikalikan dengan jumlah 600 kilogram menjadi Rp 48 juta.

Wildan mengambil ilustrasi, bila setengah dari penghasilan tersebut dipakai untuk biaya pembelian pupuk hingga membayar tenaga kerja, uang yang tersisa adalah Rp 24 juta per tahun.

Baca juga:

Petani kopi Gununghalu Rani Mayasari (43) menunjukkan kopi hasil petik langsung dari kebun, Selasa (28/3/2023).Kontributor Bandung Barat dan Cimahi, Bagus Puji Panuntun Petani kopi Gununghalu Rani Mayasari (43) menunjukkan kopi hasil petik langsung dari kebun, Selasa (28/3/2023).

"Iya, cuma Rp 24 juta setahun. Kalau sekarang gaji UMR Jakarta saja sudah berapa? Jadi, jauh dari pendapatan," kata Wildan dalam acara "Coffee Talk" di Food & Hotel Indonesia, Selasa (25/7/2023).

Ia mengatakan, sulit untuk menjual kopi dengan harga lebih mahal karena belum tentu menemukan pasarnya.

Satu-satunya cara menaikkan pendapatan petani kopi adalah menguatkan produktivitas.

"Bagi saya, kata kuncinya adalah produktivitas. Kita lebih subur daripada Brasil dan Vietnam, tetapi kenapa produksinya lebih rendah?" kata dia.

Pemanenan biji kopi manual, misalnya. Membutuhkan waktu lebih lama bila memanen biji kopi menggunakan tangan tanpa bantuan mesin.

Orang dewasa maksimal bisa memetik 100 kilogram biji kopi per hari. 

"Jadi, tantangannya adalah produktivitas lahan dan produktivitas kerja petani di Indonesia," tutur Wildan.

Hal tersebut yang menyebabkan minat orang muda menjadi petani kopi cukup rendah sehingga Wildan menyebut, regenerasi petani diperlukan bersamaan dengan peningkatan produktivitas.

Baca juga:

 
 
 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

A post shared by Foodplace (@my.foodplace)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com