Hal tersebut dikarenakan pena biasa bergantung pada gravitasi untuk menarik tinta ke ujung pena.
Sebagai gantinya, para astronot menggunakan pena luar angkasa yang dirancang khusus dengan kartrid tinta bertekanan untuk bekerja dalam gravitasi mikro.
Pena ini memungkinkan astronot menulis dalam orientasi apa pun, menjadikannya alat penting untuk merekam data dan catatan di pesawat ruang angkasa.
Dalam gravitasi mikro, tidak ada “naik” atau “turun”, sehingga astronot tidak bisa tidur di tempat tidur seperti yang dilakukan di Bumi.
Sebaliknya, mereka tidur di kantong tidur yang ditempel di dinding atau mengikat diri agar tidak terbang tak terkendali.
Di luar angkasa, astronot menghadapi tantangan dalam menjaga massa otot.
Tanpa perlawanan yang diberikan oleh gravitasi, otot astronot akan melemah seiring berjalannya waktu.
Untuk mengatasi hal ini, para astronot mematuhi program olahraga yang ketat, termasuk latihan kekuatan dan latihan kardiovaskular.
Baca juga: Bukan Hanya Manusia, Ini 5 Hewan yang Berhasil Pergi ke Luar Angkasa
Astronot akan mengalami redistribusi cairan tubuh akibat gaya berat mikro, sehingga menyebabkan kondisi yang dikenal sebagai "sindrom wajah bengkak".
Kondisi ini menyebabkan wajah bengkak dan tampak membulat akibat cairan tubuh yang bergerak menuju kepala.
Meskipun bersifat sementara, hal ini mengubah fitur wajah mereka, sehingga menghasilkan perubahan penampilan yang berbeda.
Di lingkungan luar angkasa, di mana Matahari terbit setiap 90 menit atau bahkan cahayanya bisa menyinari terus-menerus, astronot mengandalkan penutup mata untuk menjaga waktu tidur mereka.
Penutup atau masker tidur ini akan menghalangi sinar Matahari sehingga bisa menjaga kesehatannya saat di luar angkasa.
Para astronot diharuskan mematuhi protokol yang ketat untuk meminimalkan limbah di luar angkasa.
Setiap barang yang dibawa ke dalam pesawat ruang angkasa diperhitungkan dengan cermat, dan sistem daur ulang digunakan untuk menggunakan kembali bahan bila memungkinkan.