Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Beda Dugaan Penyebab Harga Beras Mahal dan Langka Jelang Pemilu 2024

Kompas.com - 13/02/2024, 16:15 WIB
Erwina Rachmi Puspapertiwi,
Inten Esti Pratiwi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Jelang hari pemungutan suara Pemilu 2024, beras mengalami kenaikan harga dan kelangkaan stok. 

Dikutip dari situs Panel Harga Badan Pangan Nasional (Bapanas), harga beras premium skala nasional sebesar Rp 15.810 per kilogram per 13 Februari 2024. Sementara beras medium dibanderol seharga Rp 13.870 per kilogram.

Sebagai catatan, Bapanas menetapkan Harga Eceran Tertinggi (HET) beras premium Rp 14.800-Rp 13.900. HET beras medium berkisar antara Rp 10.900-Rp 11.800 sejak 2023.

Ketua Asosiasi Peritel Indonesia (Aprindo) Roy Mandey mengungkapkan stok beras di produsen beras peritel berkurang atau cenderung kosong.

“Sudah sepekan ini beras itu berangsur kurang. Kemudian kita purchasing order (PO) atau kita pesan ke produsen, eh malah harganya tinggi,” ujar Roy, diberitakan Kompas.com (10/2/2024).

Dia menilai, harga beras naik dan langka karena pengusaha ritel berhenti membeli beras dari produsen. Ini disebabkan harga beras mahal dan jauh di atas HET yang ditetapkan pemerintah. Jika tetap dijual sesuai HET, peritel akan rugi.

Lalu, apa penyebab beras mahal dan langka di Indonesia?

Baca juga: Dikeluhkan Naik, Berapa Harga Beras Sekarang di Seluruh Wilayah Indonesia?


Pedagang beras: pengaruh pemilu dan banjir

Edo (39) agen beras di Toko Sembako Solo mengaku berasnya banyak diborong oleh calon anggota legislatif (caleg) dan kader partai politik untuk keperluan kampanye.

"Pemilu mungkin ngefek juga dikit. Mungkin, ada caleg-caleg atau kader-kader partai yang membeli beras terlalu banyak untuk bansos dan lainnya akhirnya untuk pedagang kebagiannya cuma sedikit,” kata Edo, dikutip dari Kompas.com (12/2/2024).

Edo mengungkapkan banyak caleg dan kader partai politik yang membeli paketan sembako dengan jumlah besar beberapa waktu terakhir.

"Pernah ada, memang ada sih beberapa caleg minta pesanan paket untuk sembako. Ada beberapa, mulai 100 sampai 200 paket. (Beras) lima kilogram (untuk satu paket),” ujar dia. 

Sementara penjual beras lain di Toko Sembako Ery, Arif Budiman (38) menduga, musibah banjir di Jawa Tengah menjadi salah satu penyebab harga beras naik dan stoknya langka.

“Apalagi ini kan Jawa Tengah tiba-tiba banjir bandang, segala macam, itu juga berpengaruh. Demak, Grobogan, itu bakal berpengaruh juga itu,” ujar Arif, dilansir dari Kompas.com (12/2/2024).

Dia menyebut, salah satu pemasok beras di tokonya berasal dari Demak. Wilayah tersebut sempat gagal panen akibat kemarau terlalu lama dan kini dilanda banjir.

Selain gagal panen akibat banjir, kenaikan harga dan kelangkaan beras dapat ditimbulkan dari peningkatan biaya transportasi, tol, maupun bahan bakar minyak (BBM).

Baca juga: Beredar Foto Beras SPHP Berstiker Prabowo-Gibran, Ini Kata Bulog dan TKN

Potret salah satu gudang toko beras di Pasar Warakas, Jakarta Utara, Senin (12/2/2024). KOMPAS.com/VINCENTIUS MARIO Potret salah satu gudang toko beras di Pasar Warakas, Jakarta Utara, Senin (12/2/2024).

Pemerintah daerah: belum masa panen

Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan, dan Pertanian (KPKP) DKI Jakarta membenarkan kelangkaan stok beras premium di minimarket.

"Kelangkaan beras premium di minimarket yang banyak dikeluhkan masyarakat," ujar Kepala Dinas KPKP DKI Jakarta Suharini Eliawati, diberitakan Kompas.com (12/2/2024).

Menurutnya, salah satu penyebab kelangkaan beras premium di minimarket Jakarta karena Indonesia belum masuk waktu panen raya.

"Panen raya diperkirakan baru akan terjadi pada pertengahan Maret 2024, sehingga terjadi ketidakseimbangan antara pasokan dan permintaan," jelas dia.

Suharini menambahkan, kelangkaan beras dipengaruhi aktivitas pedagang berkurang setelah libur panjang pekan kemarin. Sehingga butuh waktu pengisian ulang stok beras oleh pihak ritel.

Polri: bukan karena bansos dan cek potensi penimbunan

Kepala Satgas Pangan Polri Brigjen Whisnu Hermawan menyatakan harga beras naik bukan karena digunakan untuk bantuan sosial (bansos).

Whisnu menjabarkan, kenaikan harga beras di beberapa daerah dapat disebabkan banyak faktor, seperti gangguan cuaca, kenaikan biaya produksi, ataupun keterbatasan lahan dan air.

"Sehingga mengakibatkan terjadinya penurunan hasil produksi di beberapa daerah sentra produksi beras," ujarnya, dikutip dari Kompas.com (13/2/2024).

"Namun terkait hal tersebut sudah dilakukan langkah-langkah antisipasi oleh kementerian/lembaga terkait," sambungnya.

Untuk mengatasi itu, pihaknya berupaya menjaga stabilitas harga dan ketersediaan beras di pasar. Caranya dengan monitoring dan pengawasan ke petani beras serta jalur distribusinya.

Whisnu menegaskan, polisi akan mengecek tempat penyimpanan atau gudang beras untuk memastikan tidak ada oknum yang melakukan penimbunan beras.

Baca juga: Alasan Pembagian Bansos Beras Dihentikan pada 11-14 Februari 2024

Harga beras di Kota Madiun, Jawa Timur melambung hingga Rp 19.000 perkilogram dalam dua pekan terakhir. Kenaikkan harga beras dipicu stok beras ditingkat distributor yang menipis bahkan langka. Nampak pedagang di Pasar Besar Kota Madiun masih menjual beras kendati harga terus meroket, Senin (12/2/2024).KOMPAS.com/MUHLIS AL ALAWI Harga beras di Kota Madiun, Jawa Timur melambung hingga Rp 19.000 perkilogram dalam dua pekan terakhir. Kenaikkan harga beras dipicu stok beras ditingkat distributor yang menipis bahkan langka. Nampak pedagang di Pasar Besar Kota Madiun masih menjual beras kendati harga terus meroket, Senin (12/2/2024).
Erick Thohir: situasi geopolitik seluruh dunia

Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir menyatakan, harga beras di Indonesia naik seiring kenaikan harga pangan di seluruh dunia.

"Kalau harga beras melonjak itu di seluruh dunia. Di seluruh dunia memang harga pangan sedang meningkat," ujarnya, dilansir dari Kompas.com (12/2/2024).

Dia menjelaskan, harga pangan dipengaruhi kondisi geopolitik yang memanas di sejumlah negara. Akibatnya, proses distribusi pangan terganggu.

"Memang harga beras dan pangan dunia sedang naik. Ini karena tentu situasi geopolitik, ada peperangan di beberapa negara, ada penjajahan saudara kita di Gaza," tambah Erick.

Untuk mengatasinya, pemerintah akan menyalurkan beras ke pasar untuk stabilisasi harga dan memberikan bantuan 10 kilogram beras ke keluarga Indonesia yang membutuhkan.

Bapanas: bukan efek Pemilu tapi El Nino

Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi membantah bantuan pangan yang dibagikan jelang Pemilu membebani suplai, serta menimbulkan kelangkaan dan kenaikan harga beras.

"Kalau bansos itu enggak ada kaitannya sama harga, tapi ini memang negara hadir. (Bantuan pangan) itu bukan bansos, tapi bantuan pangan, saya koreksi ya," kata Arief, diberitakan Kompas.com (12/2/2024).

Meski begitu, dia tidak menampik produksi beras di Indoneia sedang merosot. Kondisi tersebut disebabkan efek kemarau panjang El Nino sehingga petani gagal panen.

Di sisi lain, Arief menyatakan, stok beras yang kosong di ritel terjadi karena pemerintah memberikan jatah beras yang sedikit.

“Karena ritel itu kan untuk beli beras (pemerintah) yang 5 kilogram atau lebih. Tapi kalau belinya 10 ton, 5 ton bukan ritel namanya, nah belinya di pasar Induk beras,” lanjutnya, dikutip dari Kompas.com (13/2/2024).

Namun, dia menjamin stok beras di ritel akan terpenuhi mulai pekan ini. Beras yang disalurkan adalah beras SPHP dari Perum Bulog dan beras komersial.

Pemerintah juga akan memenuhi kebutuhan beras dengan impor yang sebentar lagi akan masuk sebanyak 500.000 ton beras.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com