"Khofifah akan membukakan pintu lebar-lebar bagi timses Prabowo-Gibran untuk penetrasi lebih efektif ke basis-basis pesantren," jelas dia.
Meski loyalitas politik terhadap para kiai tidak sekuat dulu, ia menilai bahwa kampanye di jaringan pesantren tetap dibutuhkan untuk megoptimal penguasaan massa riil berbasis santri.
Ia menuturkan, dukungan Khofifah juga berpotensi merepotkan mesin politik PKB di kubu Anies-Muhaimin.
Pasalnya, mereka saat ini menggantungkan mesin politiknya pada jaringan pesantren dan masyarakat Nahdliyyin.
"Tekanan terhadap mesin politik PKB di basis NU juga semakin kuat, ketika elite pengurus PBNU sendiri dirasa tidak sejalan dengan kepentingan politik pencawapresan Cak Imin," ujarnya.
Baca juga: Ini Kata Ganjar dan Anies soal Jokowi Minta Debat Pilpres Tak Menyerang Personal
Kendati demikian, Umam menilai bahwa konstalasi politik di Jatim masih dinamis.
Ia pun berharap masing-masing kubu dapat memanfaatkan momentum 1,5 bulan ke depan untuk mengonsolidasikan kekuatan politiknya.
Menurutnya, capres-cawapres yang berpotensi unggul dalam Pilpres 2024 di Jatim adalah mereka yang mampu mengonsolidasikan kekuatan politik nasionalis-santri.
"Mengingat Jatim adalah battle field terbuka dalam Pilpres 2024, maka jika ada paslon bisa menggabungkan mayoritas jaringan politik nasionalis dan politik Santri di Jatim, besar kemungkinan paslon itu akan memenangkan kontestasi Pilpres di tingkat nasional," tuturnya.
Baca juga: Melihat Gagasan Anies, Prabowo, dan Ganjar soal Keamanan Siber di Indonesia...
Sementara itu, pengamat politik Universitas Gajah Mada (UGM), Mada Sukmajati mengatakan, potensi migrasi suara ke Prabowo-Gibran mungkin bisa terjadi jika Khofifah aktif berkampanye.
Namun, jika dukungan Khofifah hanya bersifat simbolik saja, suara yang dihasilkan pun tidak akan maksimal.
Mada berpendapat, pergerakan Khofifah nantinya akan dipengaruhi oleh tindakannya dalam menggerakkan massa nonpemerintahan yang selama ini menjadi basis suaranya.
“Nanti akan dipengaruhi seberapa besar Khofifah menggerakkan massanya secara rutin di Muslimat, turun ke bawah, blusukan, dan sebagainya. Kita bisa melihat semuanya nanti,” kata Mada saat dihubungi secara terpisah, Kamis.
“Di sisi lain, tantangannya justru ada di suara pengikut Nahdatul Ulama (NU), bukan di Partai Kebangkitan Bangsa (PKB),” sambungnya.
Karena itu, ia menganggap bahwa Pemilu 2024 menjadi pilihan yang tidak mudah bagi pengurus atau warga NU, karena akan diuji sikapnya, terutama dalam Pilpres.
Baca juga: Drama Debat Ketiga Pilpres 2024: Ganjar Sebut Prabowo Tak Siap Debat, Prabowo-Anies Tak Salaman
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.